BAGAIMANA Calgary, Kanada, memperlakukan penyandang disabilitas
merupakan hal yang sangat menarik bagi saya. Mereka tidak lagi dianggap
sebagai warga kelas dua, melainkan setara dengan warga Calgary lainnya.
Pemerintah Calgary sangatlah menjunjung tinggi kesetaraan bagi penyandang disabilitas, sehingga banyak program yang didesain khusus untuk memfasilitasi mereka berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Pemerintah menyediakan: transportasi publik, sarana pendidikan, dan pusat rekreasi ramah penyandang disabilitas.
Kota Calgary yang dipimpin Naheed Nenshi, wali kota muslim pertama di Kanada, memiliki transportasi bus yang dilengkapi dengan lantai penyambung yang bisa dilipat. Ini memudahkan kursi roda melewati pintu bus. Kursi prioritas pun disediakan bagi penyandang disabilitas, sehingga mereka tidak sulit mencari bangku. Masyarakat Calgary pun sudah teredukasi dan tidak lagi merendahkan penyandang disabilitas.
Saya pernah mendapatkan seminar tentang penyandang disabilitas. Saya belajar bahwa seseorang menjadi disabilitas bukan karena kondisi fisiknya, melainkan sikap masyarakat dan lingkungan yang tidak mendukung. Pernah suatu hari ketika saya berada di dalam bus dalam perjalanan ke kampus. Seorang remaja bangun ketika seorang penyandang disabilitas menaiki bus. Sikap hormat dan santun remaja tersebut menjadikan si penyandang disabilitas tak lagi minder dengan kekurangannya.
Sekolah dan kampus juga menerima penyandang disabilitas. Mereka dianggap mampu mengikuti proses belajar-mengajar seperti murid-murid lainnya. Gedung kampus pun telah didesain khusus untuk memudahkan penyandang disabilitas berlalu-lalang.
Salah seorang mahasiswi pengguna kursi roda di kampus saya dengan mudahnya melewati jalan utama kampus tanpa takut bertabrakan dengan mahasiswa lainnya. Begitu pula dengan kamar mandi kampus juga dilengkapi dengan fasilitasi toilet khusus penyandang disabilitas dengan ruangan yang lebih besar. Kampus saya juga menyediakan accessible disabled parking zone, yaitu parkir seluas delapan meter khusus penyandang disabilitas. Mereka harus menyertakan surat keterangan cacat ketika mendaftar.
Mahasiswa-mahasiswi penyandang disabilitas juga tergolong aktif di kampus. Sebagian dari mereka bahkan menghabiskan waktunya dengan berolahraga di recreational centre. Suatu ketika saya sedang berolahraga mengunakan treadmill, di samping saya ada seorang mahasiswa dengan antusiasnya mengayuh sepeda statis. Sepintas tidak ada yang berbeda dengan kondisi fisiknya, akan tetapi setelah saya perhatikan lagi, ternyata dia penyandang disabilitas. Peralatan kayuh sepeda tersebut memang didesain khusus untuk para penyandang disabilitas.
Saya belajar banyak dari para penyandang disabilitas. Mereka memiliki mental-mental pejuang. Kekurangan fisik tidak menjadikan mereka terpuruk. Dengan dukungan penuh oleh Pemerintah Kota Calgary, menjadikan penyandang disabilitas mampu berintergrasi layaknya masyarakat Calgary pada umumnya. Semoga kita bisa belajar banyak dari penyandang disabilitas dan tidak lagi menjadikan keterbatasan fisik sebagai penghambat dalam berkarya.
Pemerintah Calgary sangatlah menjunjung tinggi kesetaraan bagi penyandang disabilitas, sehingga banyak program yang didesain khusus untuk memfasilitasi mereka berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Pemerintah menyediakan: transportasi publik, sarana pendidikan, dan pusat rekreasi ramah penyandang disabilitas.
Kota Calgary yang dipimpin Naheed Nenshi, wali kota muslim pertama di Kanada, memiliki transportasi bus yang dilengkapi dengan lantai penyambung yang bisa dilipat. Ini memudahkan kursi roda melewati pintu bus. Kursi prioritas pun disediakan bagi penyandang disabilitas, sehingga mereka tidak sulit mencari bangku. Masyarakat Calgary pun sudah teredukasi dan tidak lagi merendahkan penyandang disabilitas.
Saya pernah mendapatkan seminar tentang penyandang disabilitas. Saya belajar bahwa seseorang menjadi disabilitas bukan karena kondisi fisiknya, melainkan sikap masyarakat dan lingkungan yang tidak mendukung. Pernah suatu hari ketika saya berada di dalam bus dalam perjalanan ke kampus. Seorang remaja bangun ketika seorang penyandang disabilitas menaiki bus. Sikap hormat dan santun remaja tersebut menjadikan si penyandang disabilitas tak lagi minder dengan kekurangannya.
Sekolah dan kampus juga menerima penyandang disabilitas. Mereka dianggap mampu mengikuti proses belajar-mengajar seperti murid-murid lainnya. Gedung kampus pun telah didesain khusus untuk memudahkan penyandang disabilitas berlalu-lalang.
Salah seorang mahasiswi pengguna kursi roda di kampus saya dengan mudahnya melewati jalan utama kampus tanpa takut bertabrakan dengan mahasiswa lainnya. Begitu pula dengan kamar mandi kampus juga dilengkapi dengan fasilitasi toilet khusus penyandang disabilitas dengan ruangan yang lebih besar. Kampus saya juga menyediakan accessible disabled parking zone, yaitu parkir seluas delapan meter khusus penyandang disabilitas. Mereka harus menyertakan surat keterangan cacat ketika mendaftar.
Mahasiswa-mahasiswi penyandang disabilitas juga tergolong aktif di kampus. Sebagian dari mereka bahkan menghabiskan waktunya dengan berolahraga di recreational centre. Suatu ketika saya sedang berolahraga mengunakan treadmill, di samping saya ada seorang mahasiswa dengan antusiasnya mengayuh sepeda statis. Sepintas tidak ada yang berbeda dengan kondisi fisiknya, akan tetapi setelah saya perhatikan lagi, ternyata dia penyandang disabilitas. Peralatan kayuh sepeda tersebut memang didesain khusus untuk para penyandang disabilitas.
Saya belajar banyak dari para penyandang disabilitas. Mereka memiliki mental-mental pejuang. Kekurangan fisik tidak menjadikan mereka terpuruk. Dengan dukungan penuh oleh Pemerintah Kota Calgary, menjadikan penyandang disabilitas mampu berintergrasi layaknya masyarakat Calgary pada umumnya. Semoga kita bisa belajar banyak dari penyandang disabilitas dan tidak lagi menjadikan keterbatasan fisik sebagai penghambat dalam berkarya.