Wednesday, 29 June 2016

Kehidupan Penyandang Disabilitas di Calgary

BAGAIMANA Calgary, Kanada, memperlakukan penyandang disabilitas merupakan hal yang sangat menarik bagi saya. Mereka tidak lagi dianggap sebagai warga kelas dua, melainkan setara dengan warga Calgary lainnya.

Pemerintah Calgary sangatlah menjunjung tinggi kesetaraan bagi penyandang disabilitas, sehingga banyak program yang didesain khusus untuk memfasilitasi mereka berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Pemerintah menyediakan: transportasi publik, sarana pendidikan, dan pusat rekreasi ramah penyandang disabilitas.

Kota Calgary yang dipimpin Naheed Nenshi, wali kota muslim pertama di Kanada, memiliki transportasi bus yang dilengkapi dengan lantai penyambung yang bisa dilipat. Ini memudahkan kursi roda melewati pintu bus. Kursi prioritas pun disediakan bagi penyandang disabilitas, sehingga mereka tidak sulit mencari bangku. Masyarakat Calgary pun sudah teredukasi dan tidak lagi merendahkan penyandang disabilitas.

Saya pernah mendapatkan seminar tentang penyandang disabilitas. Saya belajar bahwa seseorang menjadi disabilitas bukan karena kondisi fisiknya, melainkan sikap masyarakat dan lingkungan yang tidak mendukung. Pernah suatu hari ketika saya berada di dalam bus dalam perjalanan ke kampus. Seorang remaja bangun ketika seorang penyandang disabilitas menaiki bus. Sikap hormat dan santun remaja tersebut menjadikan si penyandang disabilitas tak lagi minder dengan kekurangannya.
Sekolah dan kampus juga menerima penyandang disabilitas. Mereka dianggap mampu mengikuti proses belajar-mengajar seperti murid-murid lainnya. Gedung kampus pun telah didesain khusus untuk memudahkan penyandang disabilitas berlalu-lalang.

Salah seorang mahasiswi pengguna kursi roda di kampus saya dengan mudahnya melewati jalan utama kampus tanpa takut bertabrakan dengan mahasiswa lainnya. Begitu pula dengan kamar mandi kampus juga dilengkapi dengan fasilitasi toilet khusus penyandang disabilitas dengan ruangan yang lebih besar. Kampus saya juga menyediakan accessible disabled parking zone, yaitu parkir seluas delapan meter khusus penyandang disabilitas. Mereka harus menyertakan surat keterangan cacat ketika mendaftar.

Mahasiswa-mahasiswi penyandang disabilitas juga tergolong aktif di kampus. Sebagian dari mereka bahkan menghabiskan waktunya dengan berolahraga di recreational centre. Suatu ketika saya sedang berolahraga mengunakan treadmill, di samping saya ada seorang mahasiswa dengan antusiasnya mengayuh sepeda statis. Sepintas tidak ada yang berbeda dengan kondisi fisiknya, akan tetapi setelah saya perhatikan lagi, ternyata dia penyandang disabilitas. Peralatan kayuh sepeda tersebut memang didesain khusus untuk para penyandang disabilitas.

Saya belajar banyak dari para penyandang disabilitas. Mereka memiliki mental-mental pejuang. Kekurangan fisik tidak menjadikan mereka terpuruk. Dengan dukungan penuh oleh Pemerintah Kota Calgary, menjadikan penyandang disabilitas mampu berintergrasi layaknya masyarakat Calgary pada umumnya. Semoga kita bisa belajar banyak dari penyandang disabilitas dan tidak lagi menjadikan keterbatasan fisik sebagai penghambat dalam berkarya.



Monday, 27 June 2016

Suasana Ramadhan di kota Calgary

Angin lembut musim semi terasa hangat di pipi. Dengan balutan coat dan scarf untuk menahan angin musim semi, saya bergegas masuk ke ruang kelas. Mahasiswa-mahasiswi sedang asyiknya bercerita tentang banyak hal, mulai dari tugas kampus, pekerjaan sampai liburan musim panas. Saya duduk di deretan kedua dekat dengan jendela. Tak lama kemudian, teman kuliah saya yang baru saja tiba, langsung memeluk dan mengucapkan, “Happy Ramadhan”. Saya kaget dengan pernyataan nya karena tidak banyak non-muslim yang tahu akan hal ini. Saya mengucapkan terimakasih kepadanya dan menambahkan kalau tahun ini umat muslim berpuasa selama 19 jam di kota Calgary. Ia pun terkejut dan mengatakan, setidaknya saya masih bisa minum. Saya tambah kaget dan langsung menjelaskan padanya bahwa umat muslim diwajibkan tidak makan dan minum sejak terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Saya menambahkan kalau umat muslim Calgary berpuasa sejak pukul 3:41 pagi, sampai pukul 9:54 malam. Ia tersenyum sambil memberikan semangat. “I’m sure you can do it,” tambahnya.

Calgary yang di pimpin oleh Naheed Nenshid, walikota muslim pertama di Amerika, memiliki jumlah populasi 1,230,915 jiwa dengan muslim sebagai minoritas. Tentu saja, berpuasa selama 19 jam di negara mayoritas non-muslim tidak terlepas dari tantangan. Di kampus misalnya, mini cafe tetap terbuka saat jadwal makan siang tiba. Untuk menghindari godaan tersebut, saya menghabiskan waktu di perpustakaan menjelang makan siang. Berpuasa 19 jam juga sangat rentan dengan dehidrasi. Oleh sebab itu, penting sekali untuk memperbanyak asupan cairan di malam hari sebelum menjalani ibadah puasa. Menjalani ibadah Tarawih pun tidak terlepas lepas dari tantangan. Salat Tarawih di lakukan sebanyak 8 rakaat dengan witir 3 rakaat. Ceramah di lakukan di pertengahan 4 rakaat tarawih dan di persingkat untuk menghemat waktu karna banyak para jamaah yang harus bekerja keesokan hari nya. Setelah salat Tarawih, saya dan suami tiba di rumah pukul 01:00 malam. Kami memutuskan untuk tidak tidur lagi sembari mempersiapkan menu sahur.

Menjalankan ibadah puasa di kota Calgary juga memberikan saya pengalaman unik dan menarik. Ketika saya dan suami berada di C-Train atau sejenis MRT di Indonesia, seorang ibu paruh baya melirik-lirik ke arah kami dan kami pun tersenyum. Ia menebak kalau kami sedang berpuasa dan langsung meminta maaf karna sedang makan jeruk di hadapan kami. Kami pun tertawa dan mengatakan tidak masalah karena kami sudah terbiasa. Pengalaman menarik lainnya yaitu ketika salat di mesjid Akram Juma. Mesjid Akram Jomaa terletak tidak jauh dari tempat tinggal kami dan hanya memakan waktu selama 20 menit untuk tiba di lokasi. Suasana mesjid sangatlah menyengankan. Ketika memasuki pintu sudah disediakan air putih dan buah kurma gratis. Bagi orang tua yang membawa anak-anak dipersilahkan berdiri disebelah orang tuanya. Alternative lain bagi yang membawa anak-anak, pengelola mesjid juga menyediakan ruangan baby sister sehingga mesjid menjadi lebih tenang. Bagi orang tua dan penyandang disabilitas, mesjid Akram Jooma juga menyediakan kursi di shaf paling belakang, memudahkan mereka untuk beribadah. Mesjid ini juga dilengkapi dengan mesin debit ATM, memudahkan para dermawan bersedekah.

Selain tantangan dan pengalaman menarik, berpuasa selama 19 jam juga memberikan hikmah tersendiri bagi saya. Saya lebih mudah beraktifitas karena badan terasa lebih fit dan ringan. Alhamdulillah suhu kota Kalgary pun tidak terlalu panas karena Ramadhan tahun ini jatuh di musim semi. Suhu berkisar antara 14-24 derajat Celcius, memudahkan umat muslim kota Kalgary berpuasa selama 19 jam. Hikmah lainnya yang saya rasakan yaitu ketika menjelaskan pada teman-teman non-muslim tentang hakikat dan makna berpuasa. Mereka mendengarkan nya dengan sangat antusias, sama sekali tidak ada sikap bermusuhan atau islamophobia. Hal ini memotivasi saya untuk mempelajari islam lebih dalam lagi. Dan terakhir, kebersamaan dan kekompakan umat muslim di kota Kalgary membuat saya lebih bersemangat dalam menjalani ibadah puasa 19 jam tahun ini.