Friday, 30 December 2011
Tuesday, 27 December 2011
Bakwan Isi Wortel
Masa liburan selalu di penuhi dengan "kebosanan". Beginilah saya, selalu bingung kalau lagi masa-masa liburan. Tak tau harus berbuat apa. Paling saya membaca, nonton, atau bersih-bersih kamar.
Sore ini, saya merasa sangat-sangat lapar, alhasil saya ingin memasak sesuatu. Selain menulis, memasak juga salah satu pekerjaan yang paling saya gemari (bohong dikit gak apa-apa :D )
Naah, setelah celingak-celinguk ke dalam kulkas, saya menemukan roti dan selai strawberry, makanan middle eastern yang di bawakan oleh adik bapak saya, dan wortel. Jujur saya akui, saya sudah mulai bosan makan roti. Roti itu selalu saya jadikan pilihan terakhir kalau memang di rumah sudah tidak ada apa-apa lagi yang bisa di makan. Karna bapak saya paling hobi membeli roti, jadi roti bisa di katakan selalu memenuhi kulkas keluarga kami.
Kalau makanan middle Eastern yang di bawakan oleh adik bapak saya, seharian memang itu saja yang saya makan.
Hmm, saya berfikir, apa yang bisa saya lakukan dengan wortel. Kalau di jadikan jus, itu hanya sekedar minuman, tidak bisa menghilangkan rasa lapar. Saya berfikir keras, apa yang bisa saya lakukan dengan wortel. Lalu saya menggeledah kembali isi kulkas. Saya menemukan beraneka ragam tepung. Mulai dari tepung ketan (glutinous flour), tepung roti (rice flour) sampai tepung gandum (wheat flour).
Sebelumnya saya pernah membuat bakwan, tapi hasil nya gagal. Kalau tidak salah, saat itu saya menggunakan tepung beras. Alhasil bakwan saya keras seperti batu. Lalu saya google dan mengetik, "cara pembuatan bakwan". Terlampirlah beribu-ribu resep cara pembuatan bakwan. Di situ tertuliskan cara pembuatan bakwan yaitu dengan mencampurkan tepung roti dan tepung gandum. Hmm. Boleh di coba :D
Bagi saya resep yang di lampirkan begitu rumit dan saya adalah orang yang suka memakai jalan pintas (he he ). Dengan memakai prinsip asal jadi, jadilah saya hanya mengunakan resep yang saya terka-terka sendiri. Yaitu:
1. 2 sium bawang merah (potong kecil-kecil)
2. 1 sium bawang putih (potong kecil-kecil)
3. 1 mangkok tepung beras
4. 1 mangkok tepung gandum
5. Air secukupnya
6. 1 butir telur
7. Garam secukupnya
Cara pembuatan:
Tuang campuran tepung beras dan tepung gandum kedalam bejana. Kemudian pecahkan satu butir telur kedalam bejana tersebut. Lalu tuang air secukupnya kemudian aduk hingga merata.
Iris bawang merah , bawang putih, dan wortel kemudian tuangkan kedalam bejana.
Panaskan minyak kemudian goreng lah apa yang anda hendak goreng :D
Setelah di goreng hingga matang, angkatlah, dan kemudian bakwan nya siap di sajikan.
***Rasanya seperti nano-nano. Manis, asam , asin, tidak masalah yang penting sore itu saya puas karna bisa memakan sesuatu dengan hasil jerih payah saya sendiri :D
-Saya adalah customer terbaik saya di sore itu-
Monday, 26 December 2011
Sunday, 25 December 2011
Toleransi Islam untuk 25 Desember
Natal jelas bukan perayaan kaum Muslim, dan kaum Muslim harusnya tidak berkepentingan dengan itu. Namun jelas ada hubungannya dengan kaum Muslim mengingat sebagian besar daripada kita juga berhubungan dengan sesama kita yang merayakannya. Karena itu menjadi penting kiranya kita membahas bagaimana pandangan Islam tentang Natal dan seputarnya serta toleransi kita di dalamnya.
Sebagaimana yang kita ketahui, 25 Desember bukanlah hari kelahiran Yesus Sang Mesias (Isa Al-Masih). Walaupun gereja Katolik menganggapnya begitu.
Encyclopedia Britannica (1946), menjelaskan, “Natal bukanlah upacara-upacara awal gereja. Yesus Kristus atau para muridnya tidak pernah menyelenggarakannya, dan Bible (Alkitab) juga tidak pernah menganjurkannya. Upacara ini diambil oleh gereja dari kepercayaan kafir penyembah berhala.”
Secara sains, dibuktikan tanggal 25 Desember adalah pertama kalinya matahari bergerak ke arah utara dan memberikan kehangatan setelah matahari berada di titik terendah di selatan pada 22-24 Desember (winter solstice) yang menyebabkan bumi berada di titik terdingin.
Karena itulah orang Yunani pada masa awal merayakan lahirnya Dewa Mithra pada 25 Desember, dan orang Latin merayakan hari yang sama sebagai kelahiran kembali Sol Invictus (Dewa Matahari pula)
Singkatnya, Bila kelahiran Yesus disangka 25 Desember, maka itu adalah kesalahan yang nyata
Namun, bukan itu masalahnya. Masalahnya adalah bahwa umat Kristen telah menjadikan tanggal 25 bukan hanya sebagai peringatan, tapi perayaan kelahiran ‘Tuhan Yesus’ bagi mereka. Sehingga permasalahannya berubah menjadi permasalahan aqidah.
Karena itulah dalam Islam, kita pun dilarang ikut-ikutan merayakan Natal, karena itu adalah perayaan aqidah. Termasuk ikut memberikan ‘selamat natal’ atau sekadar ucapan ‘selamat’ saja. Karena sama saja kita mengakui bahwa Natal adalah hari lahir ‘Tuhan Yesus’ bagi mereka
Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: “Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga”, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih (TQS al-Maaidah [5] : 73)
Seringkali kita beralasan, “Tapi kan nggak enak, dia bos saya / teman saya / dll, masak saya nggak ngucapin, kalo dalam hati mengingkari kan gak papa, yang penting niatnya! Toleransi dong!”
Perlu kita sampaikan, niat apapun yang kita punya, apabila kita melakukan hal itu, maka sama saja hukumnya. Dan toleransi bukanlah mengikuti perayaan aqidah umat lain. Oleh karena itu harusnya kita lebih takut kepada Allah dibanding kepada manusia.
Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir (TQS al-Maaidah [5] : 44)
Lalu bagaimana toleransi Islam terhadap agama lain? Toleransi kita hanya membiarkan mereka melakukan apa yang mereka yakini tanpa kita ganggu. Itulah toleransi kita.
Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku (TQS al-Kaafiruun [109] : 6)
Toleransi bukannya ikut-ikutan dengan kebablasan dan justru terjebak dalam kekufuran. Sebagai Muslim harusnya kita menyampaikan bahwa perayaan semacam ini adalah salah. Dan kalaupun toleransi, bukan berarti mengorbankan aqidah kita, mari kita ingat pesan Rasulullah
”Sungguh kamu akan mengikuti (dan meniru) tradisi umat-umat sebelum kamu bagaikan bulu anak panah yang serupa dengan bulu anak panah lainnya, sampai kalaupun mereka masuk liang biawak niscaya kamu akan masuk ke dalamnya pula”. Sebagian sahabat bertanya: “Ya Rasulullah, orang-orang Yahudi dan Nasrani-kah?” Beliau menjawab: ”Siapa lagi (kalau bukan mereka)?” (HR Bukhari dan Muslim)
Walhasil sekali lagi kita mengingatkan bahwa haram hukumnya di dalam Islam mengikuti perayaan Natal, juga termasuk mengucapkan ‘Selamat Natal/Selamat’ ataupun yang semisalnya. Mudah-mudahan Allah menunjuki kita dan mereka.
***Sumber: http://maf1453.com/felix/2011/12/23/toleransi-islam-untuk-25-desember/
Sebagaimana yang kita ketahui, 25 Desember bukanlah hari kelahiran Yesus Sang Mesias (Isa Al-Masih). Walaupun gereja Katolik menganggapnya begitu.
Encyclopedia Britannica (1946), menjelaskan, “Natal bukanlah upacara-upacara awal gereja. Yesus Kristus atau para muridnya tidak pernah menyelenggarakannya, dan Bible (Alkitab) juga tidak pernah menganjurkannya. Upacara ini diambil oleh gereja dari kepercayaan kafir penyembah berhala.”
Secara sains, dibuktikan tanggal 25 Desember adalah pertama kalinya matahari bergerak ke arah utara dan memberikan kehangatan setelah matahari berada di titik terendah di selatan pada 22-24 Desember (winter solstice) yang menyebabkan bumi berada di titik terdingin.
Karena itulah orang Yunani pada masa awal merayakan lahirnya Dewa Mithra pada 25 Desember, dan orang Latin merayakan hari yang sama sebagai kelahiran kembali Sol Invictus (Dewa Matahari pula)
Singkatnya, Bila kelahiran Yesus disangka 25 Desember, maka itu adalah kesalahan yang nyata
Namun, bukan itu masalahnya. Masalahnya adalah bahwa umat Kristen telah menjadikan tanggal 25 bukan hanya sebagai peringatan, tapi perayaan kelahiran ‘Tuhan Yesus’ bagi mereka. Sehingga permasalahannya berubah menjadi permasalahan aqidah.
Karena itulah dalam Islam, kita pun dilarang ikut-ikutan merayakan Natal, karena itu adalah perayaan aqidah. Termasuk ikut memberikan ‘selamat natal’ atau sekadar ucapan ‘selamat’ saja. Karena sama saja kita mengakui bahwa Natal adalah hari lahir ‘Tuhan Yesus’ bagi mereka
Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: “Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga”, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih (TQS al-Maaidah [5] : 73)
Seringkali kita beralasan, “Tapi kan nggak enak, dia bos saya / teman saya / dll, masak saya nggak ngucapin, kalo dalam hati mengingkari kan gak papa, yang penting niatnya! Toleransi dong!”
Perlu kita sampaikan, niat apapun yang kita punya, apabila kita melakukan hal itu, maka sama saja hukumnya. Dan toleransi bukanlah mengikuti perayaan aqidah umat lain. Oleh karena itu harusnya kita lebih takut kepada Allah dibanding kepada manusia.
Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir (TQS al-Maaidah [5] : 44)
Lalu bagaimana toleransi Islam terhadap agama lain? Toleransi kita hanya membiarkan mereka melakukan apa yang mereka yakini tanpa kita ganggu. Itulah toleransi kita.
Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku (TQS al-Kaafiruun [109] : 6)
Toleransi bukannya ikut-ikutan dengan kebablasan dan justru terjebak dalam kekufuran. Sebagai Muslim harusnya kita menyampaikan bahwa perayaan semacam ini adalah salah. Dan kalaupun toleransi, bukan berarti mengorbankan aqidah kita, mari kita ingat pesan Rasulullah
”Sungguh kamu akan mengikuti (dan meniru) tradisi umat-umat sebelum kamu bagaikan bulu anak panah yang serupa dengan bulu anak panah lainnya, sampai kalaupun mereka masuk liang biawak niscaya kamu akan masuk ke dalamnya pula”. Sebagian sahabat bertanya: “Ya Rasulullah, orang-orang Yahudi dan Nasrani-kah?” Beliau menjawab: ”Siapa lagi (kalau bukan mereka)?” (HR Bukhari dan Muslim)
Walhasil sekali lagi kita mengingatkan bahwa haram hukumnya di dalam Islam mengikuti perayaan Natal, juga termasuk mengucapkan ‘Selamat Natal/Selamat’ ataupun yang semisalnya. Mudah-mudahan Allah menunjuki kita dan mereka.
***Sumber: http://maf1453.com/felix/2011/12/23/toleransi-islam-untuk-25-desember/
Perayaan Natal
Suatu sore di tempat kerjaku.
Haduh bagaimana ini. Bagaimana cara menolaknya. Perayaan natal kan hukum nya haram. Kalau aku pergi bisa-bisa aku murtad. Tapi kalau aku menolak, nanti di kira aku gak toleransi terhadap agama mereka. Nanti mereka berfikir kalau islam ini agama yang tak bersahabat dan benar lah apa yang selama ini di gambarkan oleh kebanyakan media, bahwa islam ini agama yang di identikkan dengan terorist. Dan aku sebagai muslim harus lah memberi contoh bahwa islam agama yang cinta damai. Saling toleransi terhadap sesama.
"Eva, kamu ikut kan?" tanya manajer ku lagi.
"Hmm. Nanti aku hubungi lagi. Acara nya sabtu sore ini kan?" tanyaku.
"Iya, tapi konfirmasi nya tiga hari sebelum hari H biar bisa di booking tempat nya" kata manajer ku semangat.
Apa yang harus ku katakan. Bagaimana cara menolaknya. Maaf, aku tidak bisa ikut karna merayakan natal itu hukum nya haram dalam islam. Aku cinta kalian semua tapi tetap saja aku harus berpegang teguh dengan apa yang ku anut. Apa harus ku katakan begini. Apa perlu aku membawa Al-quran dan menunjukkan pada mereka firman ALLAH yang berbunyi, untukku agama ku dan untukmu agama mu. Jujur aku masih belum punya cukup ilmu dan keberanian untuk bertindak tegas seperti ini. Apa yang harus ku lakukan. Hmm, waktu lunch break ku sebentar lagi. Sebaiknya aku salat dulu dan aku mohon petunjuk kepada ALLAH agar Ia memberikan ku kemudahan. Kataku mencoba menenangkan diri.
Tibalah waktu jam istirahat siang ku. Cepat-cepat aku berwudu. Waktu yang ku punya hanya setengah jam. Dalam waktu yang sesingkat itu aku harus pandai-pandai membagi waktu antara salat dan makan siang. Selesai berwudu, cepat-cepat ku bentangkan kardus yang ku gunakan sebagai alas untuk menunaikan ibadah salat ku tersebut. Saat itu aku salat ashar terlebih dahulu karna memang sudah memasuki waktu ashar. Setelah itu ku lanjutkan dengan salat dzuhur yang tertinggal. Aku berdoa, Ya Rabb apa yang harus ku lakukan. Bagaimana cara menolak mereka. Apa yang harus ku katakan. Ya Rabb aku mohon pertolonganMu.
Seusai jam istirahat ku, aku kembali lagi ke front till untuk melanjutkan kewajiban ku sebagai cashier. Jika manajer ku menanyakan lagi, aku akan mengatakan, maaf aku sangat-sangat mencintai kalian, tapi tetap saja aku tidak bisa hadir karna agama ku melarang nya. Aku bisa melakukan nya, tegasku.
Jadwal kerja ku pun berakhir untuk hari itu.
Beberapa hari kemudian.
"Eva, kamu ikut kan?" tanya salah satu teman kerja ku.
"Ikut kemana?" jawab ku pura-pura tidak tau apa yang dia tanyakan.
"Ke natal party" jawab nya.
"Hmm" jawab ku pura-pura berfikir.
Sambil mengacuhkannya, langsung saja aku melayani pelanggan berikut nya. Aku mencoba meyakinkan diriku sendiri bahwa aku bisa mengatakan, maaf Ema aku tidak bisa ikut. Walau aku sangat-sangat mencintaimu, tapi tetap saja agama ku melarangnya. Aku bisa melakukan ini. Tegasku sekali lagi.
Waktu pun berlalu. Alhamdulillah dia tidak bertanya lagi. Pikirku dalam hati.
Akhirnya sore pun menjelang.
"Eva kamu ikut kan?"
"Ikut kemana?" tanyaku.
"Ke natal party malam ini?" tanya manajer ku.
"Malam ini?" aku benar-benar lupa kalau acara nya malam ini. "Hmm, aku tidak konfirmasi. Memang masih ada tempat?" aku berharap semoga tempat nya sudah penuh.
"Gak, masih ada tempat. Ikut kan malam ini? Sehabis pulang ini langsung kesana."
Ah, apa yang harus ku lakukan. Maaf manajer ku, aku sangat mencintaimu. Tapi aku tidak bisa, agama ku melarangnya. Sekali lagi, aku mencoba melatih diriku untuk mengucapkannya.
"Ayo lah Eva ikut saja. Gratis lo, kita bisa makan sepuas nya" ajak salah satu teman kerja ku yang lain.
Aku menggaruk-garukan kepalaku. Aku mencoba mengumpulkan keberanian ku untuk mengucapkan mantra yang telah ku latih berhari-hari. Belum sempat aku menghabiskan latihan ku, kata-kata ku dalam hati di potong oleh manajerku.
"Oke, sore ini kita pulang cepat. Sehabis pulang ini kita langsung ke restaurant. Jadi jangan buang-buang waktu kalian. Cepat bersih-bersih. Bereskan semua nya" katanya menegaskan.
Arrrrggghhh. Pengecut! pengecut! pengecut! Kenapa ini saja tidak berani aku katakan? Bukankah selama ini jika ada apa-apa aku menangis dan mengadu di hadapanNya? Bukan kah selama ini hanya ALLAH yang ada di sisi ku ketika aku merasa sangat-sangat tidak berdaya? Bukan kah hanya ALLAH yang selalu ada di saat aku merasa sangat-sangat kesepian?
Aku marah. Aku geram pada diriku sendiri. Aku kebelakang untuk menenangkan diri. Segera saja aku memohon ampun. Sambil duduk, aku berdoa. Ya Rabb, ampuni hambaMu ini yang masih belum mampu untuk menjadikan Engkau segalaNya. Ampuni hambaMu yang masih lebih takut terhadap manusia ketimbang takut terhadapMu. Ya Rabb, apa boleh hamba meniatkan kesertaan hamba di natal party ini hanya untuk kebersamaan dan tentu saja mengisi perut hamba yang sedang lapar? Ya Rabb, bukan kah Engkau menilai segala perbuatan itu tergantung niat nya?
Sesampai dirumah, aku akan langsung salat malam dan memohon kepada ALLAH agar Ia masih mau memamaafkan ku. Pikirku dalam hati.
****Semoga kedepan nya ada kesempatan bagiku untuk mengatakan dengan tegas, "Maaf, aku tidak bisa ikut karna merayakan natal itu hukum nya haram dalam islam. Aku cinta kalian semua tapi tetap saja aku harus berpegang teguh dengan apa yang ku anut".
Haduh bagaimana ini. Bagaimana cara menolaknya. Perayaan natal kan hukum nya haram. Kalau aku pergi bisa-bisa aku murtad. Tapi kalau aku menolak, nanti di kira aku gak toleransi terhadap agama mereka. Nanti mereka berfikir kalau islam ini agama yang tak bersahabat dan benar lah apa yang selama ini di gambarkan oleh kebanyakan media, bahwa islam ini agama yang di identikkan dengan terorist. Dan aku sebagai muslim harus lah memberi contoh bahwa islam agama yang cinta damai. Saling toleransi terhadap sesama.
"Eva, kamu ikut kan?" tanya manajer ku lagi.
"Hmm. Nanti aku hubungi lagi. Acara nya sabtu sore ini kan?" tanyaku.
"Iya, tapi konfirmasi nya tiga hari sebelum hari H biar bisa di booking tempat nya" kata manajer ku semangat.
Apa yang harus ku katakan. Bagaimana cara menolaknya. Maaf, aku tidak bisa ikut karna merayakan natal itu hukum nya haram dalam islam. Aku cinta kalian semua tapi tetap saja aku harus berpegang teguh dengan apa yang ku anut. Apa harus ku katakan begini. Apa perlu aku membawa Al-quran dan menunjukkan pada mereka firman ALLAH yang berbunyi, untukku agama ku dan untukmu agama mu. Jujur aku masih belum punya cukup ilmu dan keberanian untuk bertindak tegas seperti ini. Apa yang harus ku lakukan. Hmm, waktu lunch break ku sebentar lagi. Sebaiknya aku salat dulu dan aku mohon petunjuk kepada ALLAH agar Ia memberikan ku kemudahan. Kataku mencoba menenangkan diri.
Tibalah waktu jam istirahat siang ku. Cepat-cepat aku berwudu. Waktu yang ku punya hanya setengah jam. Dalam waktu yang sesingkat itu aku harus pandai-pandai membagi waktu antara salat dan makan siang. Selesai berwudu, cepat-cepat ku bentangkan kardus yang ku gunakan sebagai alas untuk menunaikan ibadah salat ku tersebut. Saat itu aku salat ashar terlebih dahulu karna memang sudah memasuki waktu ashar. Setelah itu ku lanjutkan dengan salat dzuhur yang tertinggal. Aku berdoa, Ya Rabb apa yang harus ku lakukan. Bagaimana cara menolak mereka. Apa yang harus ku katakan. Ya Rabb aku mohon pertolonganMu.
Seusai jam istirahat ku, aku kembali lagi ke front till untuk melanjutkan kewajiban ku sebagai cashier. Jika manajer ku menanyakan lagi, aku akan mengatakan, maaf aku sangat-sangat mencintai kalian, tapi tetap saja aku tidak bisa hadir karna agama ku melarang nya. Aku bisa melakukan nya, tegasku.
Jadwal kerja ku pun berakhir untuk hari itu.
Beberapa hari kemudian.
"Eva, kamu ikut kan?" tanya salah satu teman kerja ku.
"Ikut kemana?" jawab ku pura-pura tidak tau apa yang dia tanyakan.
"Ke natal party" jawab nya.
"Hmm" jawab ku pura-pura berfikir.
Sambil mengacuhkannya, langsung saja aku melayani pelanggan berikut nya. Aku mencoba meyakinkan diriku sendiri bahwa aku bisa mengatakan, maaf Ema aku tidak bisa ikut. Walau aku sangat-sangat mencintaimu, tapi tetap saja agama ku melarangnya. Aku bisa melakukan ini. Tegasku sekali lagi.
Waktu pun berlalu. Alhamdulillah dia tidak bertanya lagi. Pikirku dalam hati.
Akhirnya sore pun menjelang.
"Eva kamu ikut kan?"
"Ikut kemana?" tanyaku.
"Ke natal party malam ini?" tanya manajer ku.
"Malam ini?" aku benar-benar lupa kalau acara nya malam ini. "Hmm, aku tidak konfirmasi. Memang masih ada tempat?" aku berharap semoga tempat nya sudah penuh.
"Gak, masih ada tempat. Ikut kan malam ini? Sehabis pulang ini langsung kesana."
Ah, apa yang harus ku lakukan. Maaf manajer ku, aku sangat mencintaimu. Tapi aku tidak bisa, agama ku melarangnya. Sekali lagi, aku mencoba melatih diriku untuk mengucapkannya.
"Ayo lah Eva ikut saja. Gratis lo, kita bisa makan sepuas nya" ajak salah satu teman kerja ku yang lain.
Aku menggaruk-garukan kepalaku. Aku mencoba mengumpulkan keberanian ku untuk mengucapkan mantra yang telah ku latih berhari-hari. Belum sempat aku menghabiskan latihan ku, kata-kata ku dalam hati di potong oleh manajerku.
"Oke, sore ini kita pulang cepat. Sehabis pulang ini kita langsung ke restaurant. Jadi jangan buang-buang waktu kalian. Cepat bersih-bersih. Bereskan semua nya" katanya menegaskan.
Arrrrggghhh. Pengecut! pengecut! pengecut! Kenapa ini saja tidak berani aku katakan? Bukankah selama ini jika ada apa-apa aku menangis dan mengadu di hadapanNya? Bukan kah selama ini hanya ALLAH yang ada di sisi ku ketika aku merasa sangat-sangat tidak berdaya? Bukan kah hanya ALLAH yang selalu ada di saat aku merasa sangat-sangat kesepian?
Aku marah. Aku geram pada diriku sendiri. Aku kebelakang untuk menenangkan diri. Segera saja aku memohon ampun. Sambil duduk, aku berdoa. Ya Rabb, ampuni hambaMu ini yang masih belum mampu untuk menjadikan Engkau segalaNya. Ampuni hambaMu yang masih lebih takut terhadap manusia ketimbang takut terhadapMu. Ya Rabb, apa boleh hamba meniatkan kesertaan hamba di natal party ini hanya untuk kebersamaan dan tentu saja mengisi perut hamba yang sedang lapar? Ya Rabb, bukan kah Engkau menilai segala perbuatan itu tergantung niat nya?
Sesampai dirumah, aku akan langsung salat malam dan memohon kepada ALLAH agar Ia masih mau memamaafkan ku. Pikirku dalam hati.
****Semoga kedepan nya ada kesempatan bagiku untuk mengatakan dengan tegas, "Maaf, aku tidak bisa ikut karna merayakan natal itu hukum nya haram dalam islam. Aku cinta kalian semua tapi tetap saja aku harus berpegang teguh dengan apa yang ku anut".
Saturday, 24 December 2011
Bahan Renungan
"Maka apakah orang yang berpegang pada keterangan yang datang dari Tuhannya sama dengan orang yang (syaitan) menjadikan dia memandang baik perbuatannya yang buruk itu dan mengikuti hawa nafsunya."(QS Muhammad: 14)
Sunday, 18 December 2011
Karena ALLAH Lebih Tau
Aku teringat, ketika aku masih kecil, aku pernah marah sekali pada ibuku karna beliau tidak menuruti keinginan ku. Saat itu aku ingin di belikan permen. Permen manis yang laris manis tidak belikan oleh beliau. Sesampai di rumah, aku langsung mengurung diriku di dalam kamar, tidak berbicara pada beliau sampai berhari-hari
Saat ini barulah aku sadar. Ketika ibuku tidak membelikan ku permen, beliau tau permen itu tidak baik bagi ku. Aku bisa sakit gigi karna nya
Dan sekarang aku mengerti kenapa ALLAH tidak selalu memberi apa yang ku minta, walau sudah merengek di hadapan-Nya berkali-kali. Karna ALLAH tau apa yang terbaik bagi kehidupan ku. Bisa jadi apa yang ku minta itu bisa membuat ku "sakit" (baca: tidak lagi mematuhi perintah ALLAH), oleh sebab itu ALLAH tidak mengabulkan nya, atau menggantinya dengan yang lebih baik. Hmm . . .
Saat ini barulah aku sadar. Ketika ibuku tidak membelikan ku permen, beliau tau permen itu tidak baik bagi ku. Aku bisa sakit gigi karna nya
Dan sekarang aku mengerti kenapa ALLAH tidak selalu memberi apa yang ku minta, walau sudah merengek di hadapan-Nya berkali-kali. Karna ALLAH tau apa yang terbaik bagi kehidupan ku. Bisa jadi apa yang ku minta itu bisa membuat ku "sakit" (baca: tidak lagi mematuhi perintah ALLAH), oleh sebab itu ALLAH tidak mengabulkan nya, atau menggantinya dengan yang lebih baik. Hmm . . .
Asal Mula Terbukanya Account di Blogger
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuhu.
Apa kabar semuanya?! Semoga sehad walafiat.
Hmm, saya ingin sedikit berkisah tentang asal mula kenapa saya punya account di blogger ini. Jadi meunoe cerita jih (jika anda orang Aceh, maka anda akan faham apa maksud ungkapan saya tadi). Salah seorang teman saya sudah duluan punya account di sini. Naah, begitu melihat saya punya bakat dalam bidang tulis-menulis (tak apa lah sedikit kePDan :D ) jadi lah dia mengusulkan saya untuk membuka account di blogger ini.
Saya sendiri suka menulis untuk menghilangkan seterez (baca: galau). Pernah terbersit untuk mengembangkan hobi saya ini sehingga saya bisa jadi "penulis professional". Ahh itu urusan nanti. Kalau di pikirin sekarang takut nya saya malah makin seterez. Yang penting sekarang, saya menulis karna alasan itu tadi "menghilangkan seterez".
Jadi untuk sekarang, saya tidak mengharapkan tulisan-tulisan saya ini harus sempurna atau penggunaaan bahasa nya harus sesuai dengan ejaan yang telah di sempurnakan. Sekali lagi, saya hanya ingin "menghilangkan seterez". Okelah, saya mengaku sedikit merasa malu (dikit aja tapi), sebagai orang Indonesia tapi tidak bisa menulis bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Tapi saya mau belajar, jadi jangan ragu untuk mengkritik saya. Tentu nya kritik yang membangun, jadi jangan asal kritik sis and bro. Oke oke \m/
Apa kabar semuanya?! Semoga sehad walafiat.
Hmm, saya ingin sedikit berkisah tentang asal mula kenapa saya punya account di blogger ini. Jadi meunoe cerita jih (jika anda orang Aceh, maka anda akan faham apa maksud ungkapan saya tadi). Salah seorang teman saya sudah duluan punya account di sini. Naah, begitu melihat saya punya bakat dalam bidang tulis-menulis (tak apa lah sedikit kePDan :D ) jadi lah dia mengusulkan saya untuk membuka account di blogger ini.
Saya sendiri suka menulis untuk menghilangkan seterez (baca: galau). Pernah terbersit untuk mengembangkan hobi saya ini sehingga saya bisa jadi "penulis professional". Ahh itu urusan nanti. Kalau di pikirin sekarang takut nya saya malah makin seterez. Yang penting sekarang, saya menulis karna alasan itu tadi "menghilangkan seterez".
Jadi untuk sekarang, saya tidak mengharapkan tulisan-tulisan saya ini harus sempurna atau penggunaaan bahasa nya harus sesuai dengan ejaan yang telah di sempurnakan. Sekali lagi, saya hanya ingin "menghilangkan seterez". Okelah, saya mengaku sedikit merasa malu (dikit aja tapi), sebagai orang Indonesia tapi tidak bisa menulis bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Tapi saya mau belajar, jadi jangan ragu untuk mengkritik saya. Tentu nya kritik yang membangun, jadi jangan asal kritik sis and bro. Oke oke \m/
Subscribe to:
Posts (Atom)