Thursday 17 May 2012

Istikharah itu aneh ya?

Apa jawaban istikharah itu pernah salah? Kalo gak salah, terus kenapa jawaban kali ini lain. Kenapa jawaban kali ini "drop" bukan "stay". Apa aku harus drop di tengah jalan. Kalo drop sekarang, satu pelajaran itu harga nya mahal minta ampun. Tinggal lima minggu lagi aja aku udah gak sanggup nerusin, tapi pelajaran nya susah sekali. Pelajaran sastra Indonesia aja susah nya minta ampun, apa lagi sastra North America. Arrrgh!

Di awal Spring semester, aku sudah mendaftarkan diri di pelajaran Introduction to Fiction. Di kelas itu kami membahas cerita-cerita pendek dan novel-novel dengan setting di negara-negara North America. Kami juga membahas karakter, simbol-simbol dan elements of fiction lain nya. Awal-awal nya aku berniat untuk mengambil pelajaran ini agar aku bisa meng improve bahasa Inggris sekaligus ingin belajar sastra.
Ah, sok-sok belajar sastra, jadinya gini kan. Gak sanggup, yang ada nge-drop kan dan ngabisin uang aja. Biaya satu pelajaran itu gak murah, ngabisin uang aja qe. Bentakku dalam hati.
Awal-awal semester aja aku udah gak konsen, apa lagi sekarang. Rasanya aku betul-betul jauh ketinggalan di kelas. Minggu ini ada group meeting dan minggu depan group presentation! Apa yang harus ku lakukan. Oh noo!

Keputusan ku untuk nge-drop belum juga final. Seolah-olah jawaban istikharah ku tadi malam salah.
Ya ALLAH, apa yang harus hamba lakukan. Bukan nya hamba menyerah, tapi pelajaran ini susah sekali Ya Rabb. Ada kalanya manusia harus bersikap realistis kan? Ini terlalu sulit. Hamba bukan nya menyerah, tapi ini yang di namakan oleh pakar Psikologi dengan sebutan "goal readjustment". Jadi hamba tidak benar-benar menyerah kok, hanya butuh waktu untuk mengatur ulang planning hamba. Kataku dalam doa istikharah ku tadi malam.

"The sea-reach of the Thames stretched before us like the beginning of an interminable waterway. In the offing the sea and the sky were welded together without a joint, and in the luminous space the tanned sails of the barges, bla bla bla." Aku baca lagi berulang-ulang.
"What interminable? offing? welded? luminous? Barges? What the?" gerutuku.
Kalau begini terus, seluruh buku harus aku google translate kan. Ini baru satu novel, ada dua lagi novel yang belum terjamah, delapan short stories lain nya, lalu bagaimana dengan tugas-tugas menganilisa karakter, simbol juga elements of fiction lainnya. Ya Rabb, hamba tidak sanggup!

"Istikharah itu aneh ya?" tanyaku pada ibu dan adik laki-laki ku yang sedang sarapan pagi.
"Aneh gimana maksudnya?" tanya ibukku.
"Ya aneh. Masa istikharah pertama jawabannya stay, istikharah kedua juga sama tapi karna tidak yakin aku istikharah lagi dan sekarang jawabannya drop? Kan aneh. Masa bisa beda?".
"Ya, berarti skor nya masi 2-1, jadi mesti istikharah lagi biar ada pemenangnya. Kalo imbang, ya mesti istikharah lagi" jawab adikku yang menyamakan jumlah istikharah dengan skor bola.
"Ya ya ya!" jawabkku datar. Kalau di pikir-pikir ada benarnya juga. Kalo nanti malam aku salat istikharah lagi, berarti jumlah istikharah ku nanti jadi 2-2 kalo jawabannya "drop". Tapi kalo jawabannya "stay", berarti skor nya bisa jadi 3-1 dan "stay" lah pemenangnya. Nah, kalo jawabannya "drop" lagi, berarti skor nya bisa jadi 2-2 alias seri dan harus istikharah lagi. Arrrghh, bisa mumang aku kalo lama-lama gini.

Dan haruskah aku istikharah lagi? Bersambung .  .  .






No comments:

Post a Comment