Sunday 18 November 2012

3 Idiots

Sistem rangking, Yes or No ? (open discussion)

Saya nggak akan pernah bosan nonton 3 idiots (mungkin blom bosan kali ya :D)!


Jujur, ini udah yang ke sekian kali nya saya nonton film ini(lebih dari 10 kali mungkin ada) :D


Sedikit membahas ttg film tersebut. Menurut saya, point yang di kemukakan Rancho banyak yg masuk akal. Terutama pas dia duduk di barisan depan ketika di foto. Dia bilang : Dia duduk di barisan depan karna nilainya tinggi, seolah2 dia seperti raja. Tapi kalo nilai rendah, orang2 tsb akan di perlakukan sbg servant/pembantu.
Dia juga mempertanyakan, kenapa prestasi seseorang harus di pamerkan? Kenapa gak di rahasia kan?


Dan hal ini membuat saya juga bertanya-tanya. Ya kenapa?
Misalnya sistem pendidikan di Aceh (selama saya menempuh pendidikan di SD&SMP&SMA), kenapa harus ada sistem rangking? Bukankah rangking ini sama seperti "kasta"?


Saya ingat dulu, yang rangking satu sampai sepuluh pasti di umumin di depan kelas. Trus dapat piala. Apa lagi juara se-sekolah, pasti di sebarluaskan ke seluruh penjuru sekolah. Seolah-olah mereka di perlakukan seperti raja. Yang nggak ada rangking di perlakukan meunan-meunan, bahkan terkadang tidak di perdulikan.


Dan ketika saya melanjutkan pendidikan di sini, sama sekali gak ada sistem rangking! Yang ada awards! Ada awards bagi siswa-siswi yang nilai overall nya mencapai, (75-80)%, (80-90)%, (90-100)%. Siswa-siswi di undang pada acara "awards night" dan undangan nya itu juga di kirim langsung kerumah masing2. Sekali lagi, tidak di publikasikan ke seluruh sekolah!


Juga, para psikologi di bidang pendidikan, baru2 ini mengadakan penelitian dan mengumumukan bahwa: motivasi belajar dari luar (seperti piala, hadiah, ato hal2 lain yg bersifat external), kurang efektif (walo tidak di pungkiri hal-hal ini masih di anggap "perlu").


Entahlah. Ilmu saya masih sangat dangkal. Ini hanya pendapat saya. Kalo ada yang berkenan, silakan mengkomen! :D


Tuesday 13 November 2012

Apa perlu kita khawatir? (Part III)

Awal-awal masuk kuliah, jujur saya terkejut melihat warga kampus saya yang  kebanyakan "ngopi". Antrian untuk membeli secangkir kopi pun penuh setiap pagi nya. Kampus saya memiliki tiga bangunan(seingat saya tiga bangunan :D). Bangunan utama hanya memiliki satu coffee shop dan tentu saja line-up nya masya ALLAH, panjang sekali bagai ular tangga (gak nyambung ya :D). 


Dari hasil interogasi, teman-teman saya mengakui kalo mereka selalu menghabiskan tiga cups sehari nya (semacam minum obat aja ya). Dia juga menambahkan kalo ada istilah kopi pagi, kopi siang, juga kopi malam.


Pertanyaan nya, kapan dia tidur?  Jawabannya, kadang-kadang tidur, tapi cuma empat jam, selebih nya di bantu "bangun" oleh si kopi. Dia juga mengakui kalo terkadang tidak tidur semalaman.
Bisa di bayangkan bagaimana hidup tanpa tidur? Ya, bagi sebagian kita seperti dunia mau kiamat :D


Saya pernah lo coba minum kopi biar gak ngantuk buat nyelesain tugas, alhasil gak bisa tidur semalaman. Semenjak kejadian itu, saya trauma dengan kopi dan gak pengen ngopi selama-lama nya. Titik! (Haha, banyak kali bohong nya :D)

Jujur saya akui, cara belajar mahasiswa di sini membuat saya galau! Saya yang gak biasa-biasanya belajar serius, akhirnya terbawa arus.
Dan semenjak itu pula, saya mulai khawatir! Khawatir dengan masa depan! Beribu-ribu pertanyaan muncul, seperti: "tamat kuliah bakalan dapat kerja ato gak? Kalo iya, bakal kerja di mana? Kalo gak dapat, trus mesti ngapain?"

Lalu apa perlu kita khawatir?

Sebenarnya perlu. Misalnya, ketika saya bertanya, "tamat kuliah bakalan dapat kerja ato gak? Kalo iya, bakal kerja di mana? Kalo gak dapat, trus mesti ngapain?"
pertanyaan-pertanyaan ini membuat saya lebih realistis dan berfikir akan langkah-langkah apa yang harus saya ambil. Kebanyakan kita berfikir, ketika tamat kuliah, kita akan mendapatkan pekerjaan sesuai dengan jurusan kita saat ini. Tapi nyatanya, gak semua berjalan sesuai yang kita harapkan. Seperti kata pepatah(entah iya pun pepatah :D), expect the unexpected (harapkan yang tak terduga). Jangan harapkan semuanya akan mudah, karna inilah hidup, akan selalu di penuhi dengan cobaan. Apapun cobaan itu, kita harus siap menjalaninya. Sooo, be ready guys! :D

Jangan pula mendramatisir ke-khawatiran karna hal ini akan membuka pintu komunikasi antara fikiran kita dengan syaitan.





"Dan jika kamu di timpa sesuatu godaan syaitan, maka berlindunglah kepada ALLAH. Sesungguhnya ALLAH Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui" (QS Al-Araaf : 200)




"Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka di timpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada ALLAH, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya" (QS Al-Araaf : 201)

Jadi Kesimpulan dari tulisan ini, khawatir itu perlu karna bisa membuat kita lebih realistis dan berfikir kritis. Hanya saja jangan mendramatisir kekhawatiran, karna hal ini akan membuka pintu komunikasi antara fikiran kita dengan syaitan. Jadi, berhati-hatilah!  ;)




Sunday 11 November 2012

Kenapa kita sering khawatir? (Part II)

Seperti yang kita ketahui, iblis telah berjanji untuk menyesatkan anak manusia.

Iblis berkata: 

"Ya Tuhanku, beri tangguhlah aku sampai hari mereka di bangkitkan". (QS Shaad : 79)
". . .Demi kekuasaan Engkau, aku akan menyesatkan mereka semuanya". (QS Shaad : 82)


Sesuai dengan ayat di atas, terbukti bahwa "goal" iblis adalah menyesatkan anak manusia.
Sama seperti seseorang yang mempunyai goal, maka iblis pun akan berusaha dengan segala cara untuk mencapai goal nya tersebut. Ia tidak henti-hentinya membisiki anak Adam dengan hal-hal negative, termasuk kekhawatiran-kekhawatiran yang ada dalam fikiran kita. 


Sebenarnya, kekhawatiran itu perlu. Karna kekhawatiran lah yang membuat kita lebih berfikir kritis. Akan tetapi, jika kekhawatiran itu sulit di kontrol, maka hal ini lah yang perlu di waspadai. Untuk itu marilah kita sama-sama memohon pertolongan ALLAH.



"Dan jika kamu di timpa sesuatu godaan syaitan, maka berlindunglah kepada ALLAH. Sesungguhnya ALLAH Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui" (QS Al-Araaf : 200)

"Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka di timpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada ALLAH, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya" (QS Al-Araaf : 201)



Sudah khusyu' kah salat kita?

Apabila seorang hamba melakukan shalat, maka syaithan tak henti-hentinya menggoda. Syaitan sangat berambisi dan bersungguh-sungguh supaya orang itu tidak khusyu'. Syaitan tak henti-henti nya memberikan janji-janji dan membangkitkan angan-angan kosong. Jika syaitan tidak berhasil dengan upaya tersebut, maka ia membisikannya dengan nafsu. Dan hati hamba yang shalat itu dihalang-halangi supaya tidak kosentrasi. Bahkan, hamba tersebut telah melupakan semua aktivitas di luar shalat, kemudian syaitan mengingatkannya kembali. Sehingga hatinya sibuk dengan aktivitas selain shalat.

Sumber : Meraih nikmat shalat khusyu' , Abdullah syafii & Juhdi Rifai


Friday 9 November 2012

Di balik lukisanNya, selalu ada pesan yang hendak Ia sampaikan

Saya pernah mencoba menganilisa sebuah lukisan. Dalam lukisan tersebut hanya ada seekor kuda yang sedang melintasi rel kereta api. Cuaca dalam lukisan itu begitu redup, yang mungkin menandakan hari sudah sore. Analisa saya berkesimpulan bahwa, kuda tersebut mungkin hendak pulang karna hari sudah sore. Tapi teman saya mempunyai analisa yang berbeda dari saya.




Setelah mencerna lebih dalam, ternyata analisa kami sama sekali tidak seperti apa yang hendak sang pelukis sampaikan. Lukisan tersebut mempunyai makna yang berbeda.

Sejak saat itu saya berfikir, bukankah cara kita menyikapi hidup sama seperti cara kita menganilisa lukisan tersebut?

Bagi saya saat ini, pandangan bersalju lah yang sedang ALLAH lukis di hadapan saya. ALLAH ingin saya tidak hanya melihat dari apa yang tampak, tapi Ia ingin saya melihat lebih dalam. Sama halnya ketika saya menganalisa lukisan tersebut. Sang pelukis hendak menyampaikan sebuah pesan yang tersirat, akan tetapi saya  perlu membuka mata hati saya untuk bisa mengerti apa yang hendak sang pelukis sampaikan.

Oleh karna itu, mari buka mata hati dan belajar memahami apa pesan yang hendak ALLAH sampaikan di balik lukisanNya! ; )

Dan saya sekarang sedang mencoba memahami apa makna di balik lukisan ini :D









***Foto ini saya ambil dari jendela kamar saya tadi pagi. Pemandangan asli nya lebih indah. Tapi karna saya bukan sang ahli di bidang pemotretan, jadi hasil nya begini :D
Selamat menganalisa lukisan ini!




Tuesday 6 November 2012

Kenapa "hati" terkadang merasa sesak?


When someone beats a rug with a stick, he is not beating the rug - his aim is to get rid of the dust. (Rumi)


(Ketika seseorang memukul karpet dengan tongkat, sasaran nya bukanlah karpet - melainkan debu yang ada pada karpet tersebut)

Jika karpet ibaratnya adalah hati manusia, maka debu itu ibaratnya kotoran-kotoran yang menempel di hati.

Inilah kenapa hati kita terkadang terasa sesak (bagaikan karpet yang sedang di pukul-pukul), ketika kita tidak mendapatkan hal-hal yang "benar-benar" kita inginkan. 
***Bisa jadi, kita tidak bisa menikah dengan orang yang benar-benar kita cintai. Ato tidak bisa masuk universitas/mendapatkan pekerjaan yang kita dambakan, atau bahkan tidak masuk kuliah/mendapatkan kerja sama sekali, atau tidak bisa mendapatkan keinginan-keinginan lainnya. Dan sebagainya.

Cinta, obsesi dan keinginan-keinginan yang berlebihan adalah bagaikan kotoran-kotoran yang menempel di hati. Ketika hati di penuhi oleh hal-hal tersebut, maka hati akan mencoba mengeluarkan kotoran-kotoran yang ada di dalamnya (atas perintah ALLAH SWT tentunya).

Hati manusia itu hanya boleh untuk ALLAH.
"Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram” (Qs. ar-Ra’du: 28)

Lalu pertanyaannya, apa boleh kita mencintai? Ataupun memiliki keinginan-keinginan?

Tentu saja boleh! Tetapi jangan taruh cinta, obsesi, atau hal-hal yang kita inginkan di hati, tetapi taruhlah di tangan. Jadi ketika ALLAH mengambilnya atau tidak memberikannya sama sekali, kita akan dengan mudah mengikhlaskannya. 





Kenapa kita sering khawatir?

Di SMA, saya mempunyai seorang teman yang sangat rajin. Ketika lunch break, dia selalu memanfaatkan waktu nya untuk membaca, atau terkadang mengerjakan tugas, sambil makan sekalipun! Saya pernah sekelas dengan nya beberapa kali namun kami baru dekat di kelas kimia 30 (pelajaran kimia tingkat SMA kelas 3). Saya ingat sekali, ketika ada kerja kelompok, saya selalu mendaftarkan diri menjadi anggota di kelompok nya. Apalagi ketika masuk Lab. Teman saya ini paling pintar dalam menulis lab report. Hehe


Dia seorang yang perfectionist. Dia ingin setiap anggota mengumpulkan tugas yang telah di bagi-bagi,  seminggu sebelum deadline. Tentu saja sebagai ketua, dia ingin mengecek ulang hasil yang telah kami kumpulkan padanya. Ketika sudah memberikan hasil kerja saya, saya menjadi tenang seolah-olah saya berada di posisi aman. Saya tidak galau karna saya yakin teman saya ini akan benar-benar berusaha mengecek, re-cek, dan mengecek lagi sampai jawaban nya benar-benar mendekati sempurna. Saya mengenal sifat-sifatnya.


Lalu apa hubungan nya teman saya dengan pertanyaan, "kenapa kita sering khawatir?"


Sedikit membahas alasan mengapa kita sering khawatir.
Coba renungkan dan tanyakan pada diri kita sendiri,
Sebenarnya kenapa kita khawatir? Apa mungkin karna kita tidak percaya bahwa ALLAH ada? Atau apa mungkin karna kita meragukan kekuasaan ALLAH? Sudahkah kita mengenal ALLAH dengan baik?

Kembali ke kisah saya di SMA.
Ketika menyerahkan tugas kimia pada teman saya, saya tidak lagi khawatir karna saya yakin  teman saya ini akan benar-benar berusaha mengecek, ri-cek, dan mengecek lagi sampai jawaban nya benar-benar mendekati sempurna. Jika jawaban saya benar, maka dia tidak perlu mengoreksinya. Tapi jika salah, tentu saja dia akan memperbaikinya. Saya mengenal sifat-sifatnya.

Bukankah hidup itu demikian?!

Kita sudah berusaha dan berdoa, tapi pada akhirnya kita menyerahkan hasil nya pada ALLAH dan percaya bahwa ALLAH akan mengecek, ri-cek, dan mengecek lagi usaha yang kita lakukan. Jika menurut ALLAH apa yang kita minta dan usahakan baik bagi kita, maka Ia akan memberikannya. Namun jika tidak, maka ALLAH akan memperbaikinya (menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik).
Sama halnya seperti teman saya. Jika jawaban yang saya berikan benar, maka dia akan menuliskannya di lab report kami. Tapi jika tidak, dia akan memperbaiki jawaban saya.

Tentu saja, sifat-sifat ALLAH tidak bisa di samakan dengan sifat-sifat manusia. Hanya saja ini sebuah perumpamaan yang menjadikan kita berfikir. Siapakah kita yang mengclaim bahwa yang kita inginkan adalah yang terbaik bagi kita? Renungkanlah! ;)






Sunday 4 November 2012

Kak Wani


Usia nya hanya dua tahun lebih tua dari ku tapi beliau sudah mengenal betapa keras nya hidup. Sejak usia dini beliau sudah harus mengadu nasib ke Batam bersama Kakak dan abang nya, meninggalkan kampung halaman tercinta, kota Sigli.

Setiap lebaran aku selalu pulang kampung, mau itu lebaran Idul Fitri atau lebaran idul Adha, pasti pulang kampung. Saat itu aku bertempat tinggal di Lhokseumawe.
Sempat beberapa kali aku bertemu dengan beliau saat lebaran. Lazim nya memang begitu. Banyak penduduk di kampung ku yang merantau keluar Sigli, dan kalo pulang memang di waktu lebaran.

Kami saat itu masih sama-sama kecil. Aku baru duduk di bangku SD, tepat nya kelas enam.
Saat itu aku tak tau kalau beliau masih melanjutkan sekolah atau sudah berhenti di tengah jalan. Kami hanya saling melirik ketika berpapasan. Tak menegur bukan karna enggan tetapi karna kami sama-sama segan. Maklum lah, masih sama-sama anak ingusan.

Itulah akhir pertemuan ku dengan beliau.

Ketika tak bertemu dengan nya lagi, aku selalu bertanya-tanya. "Ho ka 'Kak bulek' yang uroe nyan lon meurumpok?!" (Kemana kakak bulek yang saya jumpa kemarin-kemarin itu)
Ya, itulah panggilan ku terhadap nya karna memang beliau sangat-sangat cantik. Kulit nya putih bersih, rambut nya pirang, bola mata nya coklat kekuning-kuningan. Kalau orang Malaysia bilang, persis seperti mat soleh alias bulek.

Seperti menghilang di telan bumi!
Aku bertanya-tanya pada cecek ku yang kebetulan juga kenal dengan sodaranya. Dan memang cecek ku sudah bilang pada ku kalo kak Wani (nama samaran) sudah merantau ke Batam. Cecek ku juga bilang kalo ayah dan ibu kak Wani sudah meninggal dunia dan beliau sekarang tinggal bersama kakak dan abang nya.
Saat itulah aku sudah tidak mengusik lagi keberadaan nya.

Dan waktu pun berlalu.
Saat aku pulang ke Aceh kemarin, tepat nya di bulan Juni 2011, aku singgah di Malaysia.
Aku harus transit di sana karna memang tidak ada pesawat yang terbang langsung ke Aceh.
Saat itulah aku bertemu dengan nya kembali.

Saat pertama melihat nya aku tidak begitu mengenal nya. Wajah nya memang tidak asing bagiku, hanya saja ada sesuatu yang lain dari nya. Dia tidak seperti dulu lagi. Banyak yang sudah berubah dari nya. Tentu saja, dia bukan gadis kecil yang ku kenal dulu!
Saat bertemu, dia langsung mengenalku. Tapi kali ini kami tidak saling melirik lagi, dia langsung tersenyum pada ku dan mengajak ku bicara.

Beliau sudah tumbuh menjadi gadis dewasa yang sangat mandiri dan wibawa. Beliau tinggal bersama kakak kandung nya di Malaysia yang juga sedang mengadu nasib. Sekarang beliau bekerja di toko pecah belah, tidak jauh dari tempat beliau tinggal.
Saat itu kami tidak sempat berbicara banyak mengenai hal pribadi, karna waktu yang memang sangat-sangat singkat. Beliau hanya bercerita kalo beliau pernah menikah, akan tetapi hubungan mereka tidak berjalan lancar. Pernikahan itu harus di akhiri dengan perceraian karna tindak kekerasan yang di lakukan oleh suami nya.

Esok nya aku harus berangkat lagi ke Aceh karna aku di Malaysia cuma satu hari.
Saat itulah aku berfikir, apa yang ku alami memang tidak ada apa-apa nya jika di bandingkan dengan apa yang beliau alami. Usia kami memang tidak terpaut jauh, tapi penderitaan yang beliau alami sudah membuat beliau tidak seperti mereka-mereka yang berusia 23 tahun.

Sebelum aku berangkat ke Canada, aku singgah lagi di Malaysia. Saat itu aku memutuskan untuk menginap di rumah beliau. Malam itu sebelum tidur, kami berbicara tentang banyak hal.
Saat itu aku memang sedang galau-galau nya karna baru saja berpisah dengan teman-teman ku di Aceh.
Aku langsung menanyakan pada beliau, "Kakak meunyoe berpisah dengan urung-urung yang kakak sayang, kakak na moe?!" (Ketika kakak berpisah dengan orang-orang yang kakak sayang, kakak nangis gak)
"Sedeh pasti na lah dek, tapi hanjeut tanyoe berlarut-larut dalam kesedehan tanyoe. Tanyoe harus professional lam udep nyoe. Hanjeut ta jadikan kesedehan tanyoe sebagai penghalang. Meunyoe kakak pike, pat yang hana sedeh udep kakak dek. Kakak harus cere dengoen lakoe kakak. Tersiksa batin, rasa jih trauma dek. Hmm. Sebenar jih kakak iri ngen Eva. Eva jeut jak sikula panyang-panyang. Kakak hawa syit jak sikula dek. Tapi kiban, karna keadaan. Kakak harus kerja, meunyoe han peu ta pajoeh. Kiban ta bayee sewa rumoeh."
(Sedih pasti ada lah dek. Tapi jangan kita berlarut-larut dalam kesedihan kita. Kita harus bisa bersikap professional dalam hidup ini. Tidak boleh kita jadikan kesedihan sebagai penghalang. Kalau di pikir-pikir, di mana yang gak sedih hidup kakak dek. Kakak harus bercerai dengan suami kakak. Tersiksa batin. Rasa-rasa nya trauma. Sebenarnya kakak ingin seperti Eva yang bisa sekolah tingi. Kakak ingin bisa sekolah dek. Tapi bagaimana, karna keadaan. Kakak harus kerja, kalo gak kerja bagaimana kakak bisa makan. Bisa bayar uang sewa rumah)

Saat itu aku berfikir, apa yang harus ku katakan? Bagaimana cara menghibur seseorang yang telah banyak mengalami penderitaan dalam hidup nya? Kalau pun ku katakan: tetap semangat dan tetap bertahan, hidup memang seperti ini, penuh cobaan, pasti lah beliau lebih paham dari ku.

Saat itu aku hanya mendengarkan nya saja tanpa banyak bertanya lagi. Aku hanya bisa mengambil hikmah dari pertemuan ku dengan nya bahwa aku harus lebih banyak-banyak bersyukur. Selama ini aku mengeluh karna aku telat masuk kuliah jika di bandingkan dengan teman-teman ku di Aceh. Selama ini aku sering mengeluh karna merasa sangat-sangat kesepian berada di negeri orang. Selama ini aku mengeluh karna harus bekerja part-time untuk menambah uang saku ku sendiri. Memang, ini lah kehidupan. Cobaan akan selalu menerpa selama kita masih bernyawa.

Saat itulah aku sadar, bahwa aku tidak boleh selalu melihat ke atas karna di bawah sana masih banyak mereka-mereka yang hidup tidak berkecukupan. Jangan kan untuk sekolah, untuk biaya makan sehari-hari saja susah. Ya Rabb, terimakasih karna Engkau telah membukakan mataku. Ampuni aku yang masih saja kurang mampu mensyukuri nikmat-Mu.

*Semoga kisah ini bisa di jadikan pelajaran dan di ambil hikmah nya.
:)


Hp Kesayanganku


"Ya ALLAH, Kalaupun Engkau menakdirkan untuk tidak memiliki nya lagi, tolong ajarkan hamba untuk bisa ikhlas karena memang semua yang ada di dunia ini hanya titipan-Mu. Hanya saja, ia sangat-sangat berharga bagi hamba, banyak kenangan-kenangan indah tersimpan di dalam nya. Tapi Ya Rabb, hamba ingin terus berikhtiar dan tetap mencari untuk membuktikan pada-Mu betapa penting nya ia dalam hidup hamba".

Rabu, 05:00 pm

Aku mendatangi ruang meditasi di kampus ku untuk melaksanakan ibadah salat Ashar. Segera ku tanggalkan tas dan jacket ku dan mengambil barang-barang yang penting untuk ku bawa masuk ke kamar mandi untuk berwudhu. Saat itu aku berfikir, apa salah nya berhati-hati karna ruangan tersebut bukan hanya di gunakan oleh mahasiswa-mahasiswi muslim untuk melakukan ibadah salat tapi juga oleh non-muslim sebagai ruang meditasi. Aku ingat sekali, ketika hendak berwudhu, aku mengambil hp ku dan memasukkan nya kedalam kantong celana. Saat itu ia masih bersamaku.

Setelah selesai berwudhu, aku langsung menuju ruang meditasi tersebut. Saat itu aku mengambil hp kesayangan ku lalu memasukkan nya kembali ke dalam tas. Entah bagaimana, wallahua'lam, mungkin karna kecerobohon ku juga, hp tersebut tidak ku masukkan ke dalam tas tapi melainkan jatuh di lantai.

Ketika sudah selesai, aku bergegas pulang dan meninggalkan ruangan tersebut. Saat itu sudah hampir pukul 6 sore. Aku buru-buru pulang karna takut kemalaman di jalan. Entah kenapa perasaan ku tiba-tiba saja tidak enak, seperti ada yang ketinggalan. Tapi karna terburu-buru, aku langsung saja bergegas pergi.

08:00 pm
Selesai salat magrib, aku duduk di meja belajar dan mengeluarkan binder dari dalam tas ku untuk langsung mengerjakan tugas. Saat itu pula aku mengecek di tempat penyimpanan khusus hp di dalam nya, aku tersentak kaget.
Innalillahi, mana hape ku?!
Langsung saja aku mengobrak-abrik seluruh isi tas ku. Hasil nya nihil, zero, nada!
I lost my phone!
 Jantung ku serasa berhenti berdetak!

Aku mencoba menenangkan diri.
It's okay. Don't worry. Segala yang terjadi adalah kehendak ALLAh. Mungkin dengan hilang nya hp ini, ALLAH mencoba mengajarkan ku untuk lebih berhati-hati dan tidak ceroboh. Segala kejadian ada hikmah nya. Insya ALLAH besok, aku bakal langsung ke Security Office pagi-pagi untuk melaporkan hp ku yang hilang.

Kamis, 08:30 am

Sesampai di kampus, aku langsung melapor ke Security.
"Excuse me Sir, I lost my I-phone yesterday. I guess I left it in the meditation room around 5:30 when I was about to do my prayer."
(Permisi pak, saya kehilangan hape saya kemarin. Kemungkinan besar saya meninggalkan nya di ruang meditasi sekitar jam setengah 6 sore ketika saya hendak salat)
Security tersebut langsung mengecek di bagian data-data barang yang hilang.
"I'm sorry, nothing came to us"
(Maaf, tidak ada yang lapor apa-apa ke kami)
"Oh, thank you Sir."
(Oh, terimakasih pak)

Sambil menarik nafas sedalam mungkin dan menghembuskan nya sekuat mungkin, saya langsung menuju ruang meditasi untuk mencoba mencari nya lagi. Setelah mondar-mandir dan tetap tidak menemukan nya, langsung saja air mata ini menetes perlahan-lahan.
Dalam hati,aku berbisik.
Ya Rabb, memang ini hanya sebuah benda dan dengan rezeki-Mu, Insya ALLAH bisa hamba beli lagi. Tapi benda ini penting sekali ya Rabb. Banyak kenangan-kenangan indah yang hamba lalui bersamanya. Apa yang harus hamba lakukan Ya Rabb? Harus kah hamba mengikhlaskan nya?

Saat itu aku menghujam diri ku sendiri. 
Aku ini memang ceroboh!
Saat baru-baru masuk kuliah, sudah beberapa kali coffe-mug yang sengaja ku bawa untuk menaruh cereal, tersangkut di tempat yang berbeda-beda. Untung saja tidak ada yang berminat untuk mengambil nya. Jacket ku juga pernah tinggal di kamar mandi saat aku menggantungnya di belakang pintu ketika hendak berwudhu. Tapi kenapa hal-hal tersebut tidak bisa menjadi pelajaran bagi ku.
Saat itu aku berfikir, kalau sesuatu yang sangat-sangat kita sayangi belum di ambil oleh Nya, maka kita belum bisa mengambil pelajaran berharga dari jalan cerita nya ALLAH. Benar memang, ALLAH mencoba mengajarkan kita sesuatu dengan mengambil sesuatu yang sangat-sangat kita sayangi, sehingga hal itu menjadi pelajaran yang membuat kita lebih baik kedepan nya.
Apa pelajaran berharga di balik ujian ini Ya Rabb? Tolong ajarkan agar hamba faham.

Saat itu fikiran ku masih positive.
Hmm, mungkin hp nya ada di rumah. Terselip di dalam binder. Nanti aku cari lagi!

Sesampai di rumah, aku langsung membongkar binder ku. Tetap saja, hasil nya kosong.
Hp itu sangat-sangat penting bagiku. Memang semua foto-foto nya sudah ku simpan ke dalam laptop. Tapi ada beberapa data lain yang belum ku simpan. Bagian-bagian yang sangat-sangat penting dan bersejarah dalam hidup ku.
Apa yang harus hamba lakukan ya Rabb? Harus kah hamba ikhlaskan? Hmm. Belum, belum saat nya menyerah. Masih ada jalan!

Jum'at, 03:00 am

Aku bangun tahajud. Aku bersimpuh pada-Nya. Menangis dan memohon. Aku mengadu pada-Nya dan menerangkan kenapa hp itu begitu penting bagiku. Jika memang masih rezeki ku, Insya ALLAH dia akan kembali. Tapi jika tidak, aku memohon agar ALLAH mengajari ku untuk bisa ikhlas dan sabar.

08:30 am
Sebelum memasuki kampus, aku membaca ayat kursi 3 kali. Saat itu juga aku mempersiapkan mental untuk menerima apapun keputusan ALLAH. Langsung saja aku menuju Security office dan kembali menanyakan keberadaan hp ku tersebut. Dan ternyata hasilnya masih sama. NOTHING!
Aku berfikir, apa mungkin di ambil sama cleaning-service yang bertugas di sore hari. Kemungkinan ketika mereka bersih-bersih, mereka menemukan hp ku di sana. Langsung saja aku lari ke cleaning office. Ternyata juga tidak ada!

Hati ku rasa nya mau meleleh. Air mata bercucuran tak terbendungkan lagi. Langsung aku lari ke kamar mandi. Aku galau. Pikiran ku entah kemana-mana.
Ya Rabb, apa yang harus ku lakukan? Haruskah ku pajang poster di mana-mana untuk mencari hp kesayangan ku itu untuk menunjukkan pada-Mu bahwa benda itu sangat-sangat penting bagiku?!
Apa ada yang mencuri nya? Kalau ada, siapa? Kalo mahasiwa-mahasiswi yang lain gak mungkin ke situ, karna udah sore, mau ngapain coba?! Apa mungkin mahasiswa-mahasiswi muslim yang mau solat ashar. Tapi apa mau mereka nyuri?

Ketika perasaan ku sudah mulai tenang, aku keluar dari kamar mandi dan berlari ke ruang meditasi itu lagi. Ketika membuka pintu, pandangan ku langsung tertuju pada sebuah note kecil yang di tempelkan di pintu bertuliskan:
Did you lose an iphone?
Call me 403xxx.
Don't call if you didn't lose it, you will be shutdown.
(Apa kah kamu kehilangan iphone? Hubungi saya di 403xxx. Jangan menelpon jika kamu tidak kehilangan nya, telepon mu akan di matikan)

Saat itu aku berfikir, apa yang harus aku lakukan. Apa aku harus langsung menelpon nya. Tiba-tiba tersentak di fikiran ku.
Sudahkah kau berterima kasih pada-Nya? Kalau Dia tidak mengizinkan, sebesar apa pun usaha mu, maka tidak akan ada hasilnya!
Aku langsung kembali ke ruang meditasi tersebut. Langsung saja aku sujud syukur, menangis tersedu-sedu sambil berterima kasih pada ALLAH. Walaupun hp ku belum di ketahui keberadaan nya, tapi setidak nya ada seseorang yang berniat mengembalikan nya.

Dari ruang meditasi, aku langsung ke pustaka untuk menelpon nomer tersebut. Beberapa kali aku mencoba menelpon nya, selalu saja tidak ada jawaban. Panggilan ku masuk, hanya saja tidak ada yang mengangkat. Setelah meninggalkan pesan di voice mail nya, aku langsung bergegas menuju ke kelas. Saat itu aku hanya bisa pasrah. Ku serahkan semua nya pada ALLAH.
Ya Rabb, aku sudah berusaha. Sekarang, biarlah kuserahkan semua nya pada-Mu.




abtu, 03:00 pm

Akhirnya aku berani menceritakan perihal kehilangan hp kesayangan ku pada Bapak. Selama beberapa hari ini aku belum berani memberitahukan beliau, karna memang jauh di lubuk hati, aku masih sangat yakin akan menemukan nya.
"Bapak, hp Eva ilang."
"Kok bisa gitu? Itulah, jangan ceroboh jadi orang. Hp kok di bawa kemana-mana!"
Aku yakin sekali akan di omeli oleh beliau. Aku hanya bisa diam.
"Kira-kira, doa apa yang bisa Eva baca supaya Hp nya bisa ketemu lagi" tanyaku.
"Udah baca yasin? Baca yasin dulu sekali, Insya ALLAH pasti ketemu lagi kalo memang masih rezeki"
Bapak ku memang yang paling tau apa yang harus ku lakukan di saat-saat genting seperti ini.
(Percakapan kami terjadi dalam bahasa Aceh. Berhubung ada yang tidak mengerti bahasa Aceh, jadi saya translate kan ke bahasa Indonesia saja)

Sehabis salat magrib aku langsung membaca yasin. Setelah membaca yasin, dalam rintihan doaku, aku memohon.
Ya Rabb, jika memang masih rezeki ku, pertemukan aku dengan nya. Tapi jika tidak, tolong ajarkan aku untuk sabar dan ikhlas Ya Rabb. AMIN YA RABBAL ALAMIN.

Minggu, 09:00 am

Pagi itu aku membayangkan jika aku benar-benar akan di tinggal pergi oleh sang hp, maka perasaan ku akan sangat-sangat terluka. Beberapa kali aku berbisik.
Itu hanya sebuah benda, kenapa ia sampai membuat mu menangis pilu seperti ini?
Aku sendiri bingung kenapa aku bisa sesedih ini. Tapi yang jelas, hp itu sangat penting. Sulit bagiku menjelaskan nya. Saat itu ku putuskan, masih ada jalan. Masih ada yang bisa kulakukan. Aku tidak akan menyerah.

Langsung saja kuraih note berisi nomer telepon si penemu hp ku.
Ku pencet nomer nya. Nomer nya masuk, tapi tetap tidak ada jawaban. Ku tekan tombol nya sekali lagi. Masih sama. Hening. Hanya ada voice-mail nya yang menyuruhku meninggalkan pesan.

Tiba-tiba, entah apa yang terlintas di fikiran ku, ku perhatikan kembali note tersebut secara seksama. Ku perhatikan nomer nya baik-baik. Penulisan angka empat nya sedikit janggal. Dia menuliskan angka empat dengan sedikit menarik garis ke pinggir sampai terkena angka berikut nya dan angka-angka nya pun di tulis sangat berdekatan. 
Ini empat atau satu?  xxx4440 atau xxx4410? Tanyaku penasaran. 
Tanpa pikir panjang, aku langsung mencoba menekan nomer nya lagi. Kali ini ku tekan xxx4410, bukan xxx4440.
Aku menunggu sebentar. Hanya ada nada masuk. Setelah beberapa detik kemudian, terdengar suara seorang perempuan yang mengangkatnya.
"Hallo" Katanya.
"Oh, hallo. Hi, I'm Eva. Mmm. I'm the one who lost a phone on Tuesday afternoon in meditation room" (Hallo. Hai. Nama ku Eva. Mmm. Aku yang kehilangan hp hari selasa sore di ruang meditasi)
"Wait a second."  (Tunggu sebentar). Terdengar suara kresek-kresek. Seperti nya dia sedang mengambil sesuatu. Beberapa menit kemudian.
"Can you please describe what type a phone was that? And what's the picture on its home-screen" (Tolong jelaskan apa jenis hp nya dan gambar apa yang ada di home-screen nya)
"It's an I-phone 4 and it was my picture with the hijab on" (Jenis hp nya I-phone 4 dan ada gambar saya dengan memakai jilbab)
"Oh yeah, it's here with me. I found it when I went there to do my prayer" (Oh ya, hp nya ada sama saya. Saya menemukan nya ketika hendak salat ashar)
Alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah. Tidak henti-henti nya aku mengucap syukur kepada ALLAH SWT.
"Oh, when can I meet you then" (Oh, kapan saya bisa bertemu dengan anda). Tanyaku.
"I'll be at school every single day. So just give me a call" (Saya di sekolah setiap hari. Jadi telpon saya saja langsung)
"Okay, I'll be in school on Tuesday. I'll call you then" (Oke, saya ada di sekolah hari selasa. Saya akan menghubungi anda)
"All right." (Baiklah)
"Thank you so much" (Terimakasih banyak) Jawab ku mengakhiri percakapan kami.

Langsung aku lari memberitahukan Bapak.
"Bapak, udah ketemu!"
"Ada baca yasin tadi malam?" Tanya nya.
"Ada" jawabku.
"Memang ALLAH selalu mengabulkan apa yang kita pinta asal kita mau meminta kepada-Nya" Jawab nya sambil tersenyum.
Dengan perasaan bahagia yang tak terbendungkan lagi, langsung aku berlari ke kamar untuk sujud syukur.
Terimakasih ya Rabb Engkau telah mengabulkan doa ku.

Saat itu juga, aku teringat kata-kata dari buku La-Tahzan karya Dr. 'Aidh al-Qarni yang terakhir aku baca untuk menenangkan diri.

Jangan bersedih. Karena yang anda sedihkan itu akan berakhir

Benar memang, ALLAH tidak akan membiarkan hamba-Nya berlarut-larut dalam kesedihan dan selalu saja Ia memberikan solusi terhadap setiap masalah-masalah yang kita hadapi.
Alhamdulillah. Ku ucap syukur pada-Mu Rabb.

Selasa, 11:00 
Setelah jadwal pertama ku berakhir, langsung saja aku ke pustaka untuk menghubungi si penemu hp ku. Beberapa menit kemudian dia datang dan langsung menyodorkan si hp kesayangan ku. Aku mengucap beribu-ribu terimakasih pada nya. Alhasil kami pun berkenalan walau hanya sesaat karna dia harus buru-buru masuk ke kelas nya. Langsung saja ku aktifkan hp ku. Beberapa detik kemudian, terlihat lah foto ku yang sedang tersenyum lebar di layar home-screen nya.
Dia berbisik padaku,
Don't worry Eva, everything's gonna be okay. Please be strong and don't forget to keep smiling. I love you.
(Jangan khawatir Eva, semuanya akan baik-baik saja. Tetaplah semangat dan jangan lupa untuk selalu tersenyum. Aku mencintaimu)
I'll take care of you and I won't lose you anymore, I promise. I love you too. Jawabku sambil berbisik balik padanya. 
(Aku akan menjagamu dan aku tidak akan menyia-nyiakan kamu, aku janji. Aku juga mencintaimu)












Hanya Butuh Di Dengarkan


“Kenapa dia begitu lemah?!” tanyaku.
“Dia bukan lemah, dia hanya kelelahan” jawab sahabat ku.
“Kenapa lelah?” tanyaku lagi.
“Dia sedang banyak masalah”.
“Aku juga sedang banyak masalah! Bukan kah hidup memang di penuhi masalah?! Sudah ku katakan pada nya jangan menyerah! Dia masih punya Tuhan tempat ia berkeluh kesah! Tapi ia tetap tidak mau mendengarkan ku! Aku marah padanya!” kataku geram.
“Sabarlah, jangan terlalu memaksakan kehendakmu” jawab sahabat ku pelan.
“Bagaimana aku bisa bersabar?! Aku tidak suka orang yang selalu mengeluh! Seolah-olah dia saja yang punya masalah!”
“Aku tau kamu ingin dia mendengarmu. Kau punya beribu-ribu untaian kata yang bisa menyemangati nya. Kau ingin di dengarkan, tapi sudah kah kau mendengarkannya? Mungkin saat ini dia tidak butuh solusi dari mu, dia hanya butuh di dengarkan."

Aku diam, tak mampu menjawab pertanyaan sahabat ku itu. Aku bertanya-tanya dalam hati, sudahkah aku mendengarkan nya. Selama ini yang ku harapkan agar dia mendengarkan ku. Benar memang, segala kata-kata penyemangat ku hantamkan pada telinga nya berharap agar bisa menyemangati nya. Tapi, pernah kah aku mendengar nya, mendengarkan segala keluh kesahnya. Benar kata sahabat ku. Saat ini dia tidak butuh solusi, dia hanya butuh di dengarkan. Oh Tuhan, apa yang sudah ku lakukan padanya. Semoga besok aku bertemu dia lagi dan akan ku katakan pada nya, aku siap mendengarkan mu teman.