Sunday 18 November 2012

3 Idiots

Sistem rangking, Yes or No ? (open discussion)

Saya nggak akan pernah bosan nonton 3 idiots (mungkin blom bosan kali ya :D)!


Jujur, ini udah yang ke sekian kali nya saya nonton film ini(lebih dari 10 kali mungkin ada) :D


Sedikit membahas ttg film tersebut. Menurut saya, point yang di kemukakan Rancho banyak yg masuk akal. Terutama pas dia duduk di barisan depan ketika di foto. Dia bilang : Dia duduk di barisan depan karna nilainya tinggi, seolah2 dia seperti raja. Tapi kalo nilai rendah, orang2 tsb akan di perlakukan sbg servant/pembantu.
Dia juga mempertanyakan, kenapa prestasi seseorang harus di pamerkan? Kenapa gak di rahasia kan?


Dan hal ini membuat saya juga bertanya-tanya. Ya kenapa?
Misalnya sistem pendidikan di Aceh (selama saya menempuh pendidikan di SD&SMP&SMA), kenapa harus ada sistem rangking? Bukankah rangking ini sama seperti "kasta"?


Saya ingat dulu, yang rangking satu sampai sepuluh pasti di umumin di depan kelas. Trus dapat piala. Apa lagi juara se-sekolah, pasti di sebarluaskan ke seluruh penjuru sekolah. Seolah-olah mereka di perlakukan seperti raja. Yang nggak ada rangking di perlakukan meunan-meunan, bahkan terkadang tidak di perdulikan.


Dan ketika saya melanjutkan pendidikan di sini, sama sekali gak ada sistem rangking! Yang ada awards! Ada awards bagi siswa-siswi yang nilai overall nya mencapai, (75-80)%, (80-90)%, (90-100)%. Siswa-siswi di undang pada acara "awards night" dan undangan nya itu juga di kirim langsung kerumah masing2. Sekali lagi, tidak di publikasikan ke seluruh sekolah!


Juga, para psikologi di bidang pendidikan, baru2 ini mengadakan penelitian dan mengumumukan bahwa: motivasi belajar dari luar (seperti piala, hadiah, ato hal2 lain yg bersifat external), kurang efektif (walo tidak di pungkiri hal-hal ini masih di anggap "perlu").


Entahlah. Ilmu saya masih sangat dangkal. Ini hanya pendapat saya. Kalo ada yang berkenan, silakan mengkomen! :D


3 comments:

  1. dilema juga sih. adakalanya rangking bisa buat seorang siswa tinggi hati. tapi kadang tanpa rangking mereka juga uring-uringan belajarnya (karena gak ada target capaian - semua siswa sama).
    di sini perlu peran guru untuk menjelaskan hakikat pendidikan: bahwa sekolah ada untuk mencari ilmu, bukan mencari rangking/ ijazah. aku setuju kali kayak film 3 idiot itu.
    well. aku suka idenya. mungkin perlu penambahan aja tentang 'posisi penulis'. jika pro, maka jelaskan alasan yg bisa diterima/ masuk akal, kenapa memilih posisi itu. sebaliknya juga jika kontra. jadi selesai membaca, pembaca bisa dapat perspektif baru.
    oya, mengenai penulisan:
    -no space saat kata kerja ketemu imbuhan.
    > dikemukakan bukan di kemukakan.
    -spasi ada saat kata keterangan tempat.
    > di rumah, di sana.
    -para psikolog, bukan para psikologi
    gitu aja sih. aku pun masih belajar. haha.
    alhamdulillah.
    wassalam

    ReplyDelete
  2. Wlah, mungkin tuk memotivasi ya...
    Sehingga para siswa/i meras harus bersaing tuk memperoleh yang terbaik (rangking 1 misalnya)

    Klw gak salah, demikian folosofi rangking2an itu..

    TM pribadi, rangking tu sah2 jha klw embali ke filosofinya. Namun, kembali lagi pada diri kita, meninggikan diri, merendahkan diri atau semacamnya.

    Dan, jangan di 'semena2' kan bagi yg tak berangking,..hihi

    Wallahu'alam, ini hanya Paradigma saia sahaja.. :D

    ReplyDelete
  3. @Haekal : Ya Kal aq sependapat. Memang peran guru lah yg sangat penting di sini. Jadi murid nya gak selalu belajar cuma untuk dapat rangking dan dapat hadiah :D
    Trus menurut qe dengan "awards" gimana Kal? Kalo aq pribadi, kurang setuju dengan sistem rangking. Kaya sistem kasta gitu. Entahlah, mungkin karna aq trauma dengan rangking-rangkingan. Haha.
    Iya iya nii. Posisi penulis nya belum jelas. EYD nya juga! Makasiii atas kritik dan sarannya! :D

    @TM : Setuju Tm :) Siswa/siswi merasa harus bersaing tuk memperoleh yg terbaik (rangking satu misalnya)
    Kalo pendapat TM tentang awards gimana? setuju gak?

    ReplyDelete