Sunday 25 December 2011

Perayaan Natal

Suatu sore di tempat kerjaku.

Haduh bagaimana ini. Bagaimana cara menolaknya. Perayaan natal kan hukum nya haram. Kalau aku pergi bisa-bisa aku murtad. Tapi kalau aku menolak, nanti di kira aku gak toleransi terhadap agama mereka. Nanti mereka berfikir kalau islam ini agama yang tak bersahabat dan benar lah apa yang selama ini di gambarkan oleh kebanyakan media, bahwa islam ini agama yang di identikkan dengan terorist. Dan aku sebagai muslim harus lah memberi contoh bahwa islam agama yang cinta damai. Saling toleransi terhadap sesama.

"Eva, kamu ikut kan?" tanya manajer ku lagi.
"Hmm. Nanti aku hubungi lagi. Acara nya sabtu sore ini kan?" tanyaku.
"Iya, tapi konfirmasi nya tiga hari sebelum hari H biar bisa di booking tempat nya" kata manajer ku semangat.

Apa yang harus ku katakan. Bagaimana cara menolaknya. Maaf, aku tidak bisa ikut karna merayakan natal itu hukum nya haram dalam islam. Aku cinta kalian semua tapi tetap saja aku harus berpegang teguh dengan apa yang ku anut. Apa harus ku katakan begini. Apa perlu aku membawa Al-quran dan menunjukkan pada mereka firman ALLAH yang berbunyi, untukku agama ku dan untukmu agama mu. Jujur aku masih belum punya cukup ilmu dan keberanian untuk bertindak tegas seperti ini. Apa yang harus ku lakukan. Hmm, waktu lunch break ku sebentar lagi. Sebaiknya aku salat dulu dan aku mohon petunjuk kepada ALLAH agar Ia memberikan ku kemudahan. Kataku mencoba menenangkan diri.

Tibalah waktu jam istirahat siang ku. Cepat-cepat aku berwudu. Waktu yang ku punya hanya setengah jam. Dalam waktu yang sesingkat itu aku harus pandai-pandai membagi waktu antara salat dan makan siang. Selesai berwudu, cepat-cepat ku bentangkan kardus yang ku gunakan sebagai alas untuk menunaikan ibadah salat ku tersebut. Saat itu aku salat ashar terlebih dahulu karna memang sudah memasuki waktu ashar. Setelah itu ku lanjutkan dengan salat dzuhur yang tertinggal. Aku berdoa, Ya Rabb apa yang harus ku lakukan. Bagaimana cara menolak mereka. Apa yang harus ku katakan. Ya Rabb aku mohon pertolonganMu.

Seusai jam istirahat ku, aku kembali lagi ke front till untuk melanjutkan kewajiban ku sebagai cashier. Jika manajer ku menanyakan lagi, aku akan mengatakan, maaf aku sangat-sangat mencintai kalian, tapi tetap saja aku tidak bisa hadir karna agama ku melarang nya. Aku bisa melakukan nya, tegasku.

Jadwal kerja ku pun berakhir untuk hari itu.

Beberapa hari kemudian.

"Eva, kamu ikut kan?" tanya salah satu teman kerja ku.
"Ikut kemana?" jawab ku pura-pura tidak tau apa yang dia tanyakan.
"Ke natal party" jawab nya.
"Hmm" jawab ku pura-pura berfikir.
Sambil mengacuhkannya, langsung saja aku melayani pelanggan berikut nya. Aku mencoba meyakinkan diriku sendiri bahwa aku bisa mengatakan, maaf Ema aku tidak bisa ikut. Walau aku sangat-sangat mencintaimu, tapi tetap saja agama ku melarangnya. Aku bisa melakukan ini. Tegasku sekali lagi.

Waktu pun berlalu. Alhamdulillah dia tidak bertanya lagi. Pikirku dalam hati.

Akhirnya sore pun menjelang.

"Eva kamu ikut kan?"
"Ikut kemana?" tanyaku.
"Ke natal party malam ini?" tanya manajer ku.
"Malam ini?" aku benar-benar lupa kalau acara nya malam ini. "Hmm, aku tidak konfirmasi. Memang masih ada tempat?" aku berharap semoga tempat nya sudah penuh.
"Gak, masih ada tempat. Ikut kan malam ini? Sehabis pulang ini langsung kesana."
Ah, apa yang harus ku lakukan. Maaf manajer ku, aku sangat mencintaimu. Tapi aku tidak bisa, agama ku melarangnya. Sekali lagi, aku mencoba melatih diriku untuk mengucapkannya.
"Ayo lah Eva ikut saja. Gratis lo, kita bisa makan sepuas nya" ajak salah satu teman kerja ku yang lain.
Aku menggaruk-garukan kepalaku. Aku mencoba mengumpulkan keberanian ku untuk mengucapkan mantra yang telah ku latih berhari-hari. Belum sempat aku menghabiskan latihan ku, kata-kata ku dalam hati di potong oleh manajerku.
"Oke, sore ini kita pulang cepat. Sehabis pulang ini kita langsung ke restaurant. Jadi jangan buang-buang waktu kalian. Cepat bersih-bersih. Bereskan semua nya" katanya menegaskan.

Arrrrggghhh. Pengecut! pengecut! pengecut! Kenapa ini saja tidak berani aku katakan? Bukankah selama ini jika ada apa-apa aku menangis dan mengadu di hadapanNya? Bukan kah selama ini hanya ALLAH yang ada di sisi ku ketika aku merasa sangat-sangat tidak berdaya? Bukan kah hanya ALLAH yang selalu ada di saat aku merasa sangat-sangat kesepian?

Aku marah. Aku geram pada diriku sendiri. Aku kebelakang untuk menenangkan diri. Segera saja aku memohon ampun. Sambil duduk, aku berdoa. Ya Rabb, ampuni hambaMu ini yang masih belum mampu untuk menjadikan Engkau segalaNya. Ampuni hambaMu yang masih lebih takut terhadap manusia ketimbang takut terhadapMu. Ya Rabb, apa boleh hamba meniatkan kesertaan hamba di natal party ini hanya untuk kebersamaan dan tentu saja mengisi perut hamba yang sedang lapar? Ya Rabb, bukan kah Engkau menilai segala perbuatan itu tergantung niat nya?
Sesampai dirumah, aku akan langsung salat malam dan memohon kepada ALLAH agar Ia masih mau memamaafkan ku. Pikirku dalam hati.

****Semoga kedepan nya ada kesempatan bagiku untuk mengatakan dengan tegas, "Maaf, aku tidak bisa ikut karna merayakan natal itu hukum nya haram dalam islam. Aku cinta kalian semua tapi tetap saja aku harus berpegang teguh dengan apa yang ku anut".



4 comments:

  1. setidakknya engkau sudah menolak ...
    tapi ALLAH berkehendak engkau harus ikut...
    ambilah ibrah dari kejadian tersebut..
    semoga selalu memelihara siqah izzah dan iffah sertanrahmat ALLAH selalu tercurah kepda kita semua...

    ReplyDelete
  2. Walau ini takdir ALLAH, tapi pada saat itu aku punya pilihan bay untuk berkata tidak. Dan itu yang aku sesali. Hmm.
    Iya bay, semoga ini jadi pelajaran biar kedepan nya aku berani bersikap tegas.
    Makasih bay :)

    ReplyDelete
  3. Emmm, rumit sekali aku berdomisili di kalangan minoritas. Saya berpendapat ekstrem kalau berhubungan dengan masalah keyakinan. Namun, kalau berdomisili di negeri orang, (mungkin) fiqih minoritas nya Yusuf Qaradhawy bisa sedikit menjadi referensi meskipun ya kadang harus melepaskan idealis. Yusuf Qaradhawy mengatakan bahwa menghormati mereka yang merayakan natal boleh2 saja asal saja niat kita untuk toleransi bukan meyakini

    ReplyDelete
  4. "Menghormati mereka yang merayakan natal boleh2 saja"
    Menghormati di sini dgn tindakan apa? Apa menghadiri undangan makan malam pada saat malam natal termasuk dalam kategori "toleransi" yang di perbolehkan?! Mhon di perjelas. Terimakasih :)

    ReplyDelete