Tuesday 14 August 2012

Emmppaatt tahun loo kak . . .


Teringat kembali percakapan ku dengan seorang adek letting; anak kedokteran, suatu siang di tempat les bahasa Inggris.

Si adek, “Kakak udah empat tahun di sana tapi belom lancar bahasa inggris?! Eemmppat tahun loo kak”.
“Iya dek empat taon. Tapi kakak waktu itu bukan kakak yang sebenarnya dek. Kakak bisa di bilang gak normal.” Jawabku mencoba bercanda.
“Kok bisa gak normal kak?” Tanya nya serius.
“Waktu itu kakak mengalami cultural-shock dan masi homesick juga dek, jadi selama itu kakak bisa di bilang masi sangat-sangat susah untuk beradaptasi”
Emmppaatt tahun lo kakak di sana!”
Aduh dek, kenapa cara ngucapin empat nya kok tebal kali.
“Iya dek, empat taon. Sebenarnya emmppaatt tahun dua bulan malah”. Jawabku mencoba meniru pengucapan angka empat nya.
“Saya aja kak waktu kemaren itu ke Jepang dan memang disana kami kalo ngobrol pake bahasa Inggris sama orang Jepang. Dan pronunciation nya, tau la orang Jepang gimana, hancur kali kak karna accent nya itu. Tapi dari situ bahasa Inggris saya improve kak. Kakak di sana seharusnya udah lancar bahasa Inggris. Kan di sana native speaker semua”
“Iya dek, seharusnya emang gitu”. Jawabku pasrah.
“Emang ngapain aja selama empat tahun kak?!”
Wadoowh, si adek maksa. Kerja kakak ngurung diri di kamar selama ini dek. Gak keluar-keluar rumah. Bersemedi selama empat tahun. Ho ho.
“Susah dek di sana, gak gampang lo. Nyari kawan aja susah nya minta ampun”
“Jadi kakak sampe sekarang belom ada kawan?!”
Aduh aduh adek. Apa salah dan dosaku?! Kenapa kok aku di interogasi gini ya?! Dek, kamu calon dokter bukan calon reporter. Salah jurusan kamu dek.
“Ada dek, tapi rata-rata immigrant semua. Pendatang gitu, yang bahasa Inggris nya masi pas-pasan”
“Jeh, bukan nya bulek di sana rame kak?! Jadi tinggal di tarek aja satu teros di jadiin kawan?!”
Waah, parah ni si adek. Ngotot euuy.
“Gak semudah itu dek. Kehidupan nya beda kali. Susah untuk bisa masuk dan menyesuaikan diri dengan kehidupan mereka”
“Menyeseuaikan diri gimana kak? Kan kakak gak mesti ngikut gaya hidup mereka kak. Kakak berteman sama mereka tapi tetap jadi diri kakak. Intinya tetap berpegang teguh pada identitas kakak tapi pada saat yang bersamaan menyesuaikan diri.”
Anak kedokteran. Hmm.
“Nanti la ya dek. Pas kakak balek kesana, kakak improve bahasa Inggris kakak teros kakak juga bakal cari kawan bulek sebanyak-banyak nya. How’s that?!” Jawabku semangat.

Dan kelas pun di mulai, percakapan pun harus di akhiri. . .


Dua minggu kemudian saat aku sudah di Canada.

Kalo di pikir-pikir si adek ada benar nya juga. Pertanyaan-pertanyaan nya seperti membuka mata ku. Emmppaatt tahuun loo kak. Teringat lagi cara pengucapan angka empat nya yang memang sedikit di tebalkan.
Iya dek, kamu benar. Empat tahun itu bukan waktu yang singkat. Kalau kamu tanya, selama ini kakak ngapain aja selama empat tahun, kamu lagi-lagi benar. Empat tahun hanya memikirkan segala masalah dan kesedihan tanpa berbuat sesuatu terhadapnya. Empat tahun tanpa ada perubahan apa-apa. Empat tahun bahasa Inggris nya masi gini-gini aja walo tinggal di negeri yang bahasa utama nya menggunakan bahasa Inggris, rasanya rugi sekali!

Aduh-aduh adek, saya harus melakukan perubahan! Terimakasih telah membuka mata saya. Dan, sampai jumpa emmppaatt tahun kemudian ya dek. Insya ALLAH. Semoga bahasa Inggris kakak makin lancar dan banyak teman-teman bulek nya juga. *Kalau mau, nanti kakak kasi satu bijik bulek untuk adek :D


1 comment:

  1. Evaaa, I can so relate to this…the culture shock, the homesick and the fact that some bulek don't bother to wait for us finishing our sentences (they speak very fast with a heavy accent similar to British)…before coming to down under, I used to think the same way as the "adek" in this story. I thought why would people living here for 2 years were still unable to speak good English (Vietnamese friends for example)…but now I know (I hope si adek would understand this also someday) that there are lots of things that we need to tackle (this is not to make any excuses though). I've been to Japan and I do have some Japanese friends. Their culture and customs are different, they tend to be more friendly in comparison to bulek here…So again, though my English is not that bad, it is not that easy too to drag one bulek and torture her/him to become my friend lol…

    ReplyDelete