Wednesday 19 December 2012

Apakah kita benar-benar cinta pada ALLAH?

Teringat lagi sebuah percakapan saya dengan seorang teman di awal-awal semester kuliah. Dia adalah cewek berkulit hitam yang beragama nasrani.

Dia bertanya, kok saya bolak-balik ke meditation room, ruangan yang di sediakan untuk beribadah bagi setiap agama. Pasalnya dia juga mengenal beberapa teman muslim, tapi kok gak seperti saya. Bolak-balik ke kamar mandi untuk ngambil wudhu', bolak-balik ke meditation room untuk salat. Saya jelaskan kalo memang seorang muslim harus salat sehari lima waktu dan sebelum salat di wajibkan mengambil wudhu'. Saya menambahkan, sebagian orang mengikuti peraturan, sebagian lagi tidak. Sama seperti seorang pelajar yang terkadang masuk ke kelas, dan ada juga yang memilih untuk cabut. Jadi setiap orang berbeda-beda. Interesting (cukup menarik), jawabnya.

Suatu hari dia bertanya lagi, kenapa wanita dalam islam di haruskan untuk pakai kerudung, kenapa laki-laki tidak. Saya bertanya pada nya, pernah nggak wanita suka pada seorang laki-laki karna rambut nya. Saya rasa tidak ada wanita yang seperti itu. Kalau pun ada, hanya beberapa. Dan rambut laki-laki tersebut bukanlah hal utama yang membuat wanita tersebut tertarik padanya. Bisa jadi si wanita sudah mulai tertarik pada kepribadiannya, dan rambut tersebut mungkin hanya pelengkap saja. Tapi, banyak laki-laki yang terkadang langsung suka wanita karna keindahan rambutnya. Jadi dalam Islam kami percaya kalau rambut seorang wanita itu adalah sumber kecantikan yang harus di pelihara dan hanya boleh di nikmati oleh orang-orang tertentu saja. Dan saya menambahkan, kecantikan tersebut di pelihara agar wanita tidak di ganggu. Jadi jilbab adalah protection bagi wanita tersebut. Hmm, hmm. Interesting, jawabnya lagi.

Di hari yang lain, dia bertanya lagi akan keputusan saya untuk memakai rok. Kamu kenapa pakai rok, apa nggak pengen pake jeans. Saya katakan padanya, kalo saya sudah lama pakai jeans dan ingin ada perubahan. Bosan begini-begini saja, tambah saya. Lalu saya tunjukkan padanya kalau saya pakai celana jeans juga, tapi di dalam rok. Dan hal ini membuat saya sadar akan satu hal, kalo celana jeans bisa di pake di dalam rok, kenapa selama ini saya memakainya di luar? Padahal dalam Islam, celana jeans (apalagi yang ketat) sama sekali tidak di perbolehkan dalam Islam. Lalu, kenapa selama ini saya memakainya? ***Hmm, interesting, jawab saya di dalam hati. Hehe.
Dan juga, jika semua yang ketat-ketat (baju, celana, dan sebagainya) bisa di pakai secara bebas di rumah ataupun paling tidak kamar sendiri, kenapa harus di pakai di luar rumah? Jika kita bisa dengan bebas berekspresi di dalam rumah, kenapa harus di bawa-bawa keluar rumah? ***Tanya kenapa.

Dan puncak nya, ketika dia menanyakan, kenapa selama ini saya bersusah-susah untuk salat, pakai kerudung, dan pakai rok? Bukankah Tuhan menilai keimanan seseorang itu dari hati nya? Argument teman saya ini benar, saya sama sekali tidak membantah.
Lalu saya bertanya padanya, ketika seseorang mengatakan ia cinta padamu, apakah cukup dengan mengungkapkan nya saja? Oh, saya cinta padamu, beib. Tapi ia tidak pernah menelpon mu, atau ada di saat kamu butuhkan. Bisa saja dia sibuk, tapi kalo sibuk nya setiap hari? Setiap minggu? Setiap bulan? Setiap tahun? Dan dia sama sekali tidak bisa membuktikan kecintaan nya terhadapmu, apa kamu masi mau jadi pacarnya? Dan yang paling parah, dia sama sekali tidak berjanji untuk menikahi mu, apa kamu masi mau bersamanya? Menurut saya, cinta butuh pembuktian. Sama hal nya cinta kepada Tuhan, perlu di buktikan.

Dan dari pertanyaan-pertanyaan teman saya ini, membuat saya juga bertanya-tanya, apakah kita benar-benar mencintai ALLAH?

Tentu saja, kita semua akan menjawab ia! Ia, saya sangat-sangat cinta kepada ALLAH. Saya yakin tak ada orang yang akan mengatakan sebaliknya. Kecuali orang yang tidak percaya Tuhan itu ada.

Tetapi, bukankah cinta yang sejati itu butuh pembuktian?

Seperti yang di ungkapkan oleh ustadzah favorite saya, Yasmin Mogahed, dalam lecture nya:

Ketika seseorang mengaku cinta pada ALLAH, tapi ia tidak salat lima waktu, atau mungkin menunda-nunda salatnya, apakah ia benar-benar cinta pada ALLAH?
Ketika seseorang mengaku cinta pada ALLAH, tapi ia tidak menutup aurat secara baik dan benar, apakah ia benar-benar cinta pada ALLAH?
Ketika seseorang mengaku cinta pada ALLAH, tapi masih mempertahankan hubungan yang diharamkan olehNya, apakah ia benar-benar cinta pada ALLAH?
Ketika seseorang mengaku cinta pada ALLAH, tapi masih mempertahankan jual beli yang di larang olehNya, apakah ia benar-benar cinta pada ALLAH?

Tentu saja, hanya ALLAH yang mengetahui isi hati, dan niat di balik setiap perbuatan yang kita lakukan. Hanya saja, bukankah cinta itu perlu pembuktian?! Sekali lagi, jika kita masih melakukan hal-hal yang di haramkan oleh-Nya, apa kita benar-benar cinta pada ALLAH?

Dan kita hanya di wajibkan berusaha, (sekecil apapun usaha kita), selebihnya biarlah ALLAH yang menilai. Dan saya juga tidak lebih baik dari anda, saya sendiri juga masih jauh dari kesempurnaan. Saya hanya seorang manusia yang sedang belajar dan mencoba menyampaikan, walau hanya satu ayat.

Yang benar datang nya dari ALLAH, dan yang salah itu datang nya dari saya sendiri. Jadi mohon kritik dan saran teman-teman.

Wasallam.




No comments:

Post a Comment